Workshop IUP: Benefit dan Insentif Unsur Penting Keunggulan Kelas Internasional

Sesuai dengan Rencana Strategis UNY 2020-2025, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ingin mengembangkan diri menuju World Class University (WCU) 2025. Menjadi Universitas Kependidikan Kelas Dunia (UKKD) dengan beberapa pencapaian seperti peningkatan kolaborasi, daya saing kompetitif, serta daya saing komparatif yang mencakup tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional di bidang pendidikan, kebudayaan, penelitian, serta pengabdian pada masyarakat dengan tetap berjati diri lokal dan nasional Indonesia adalah definisi World Class University yang ingin diwujudkan oleh UNY. Salah usaha dalam pencapaian WCU adalah dengan meningkatkan kerja sama atau kolaborasi tingkat internasional.

Fakultas Ekonomi (FE) yang menjadi salah satu bagian dari UNY juga berusaha mewujudkan pencapaian WCU dengan peningkatan kerja sama internasional dan pengembangan International Undergraduate Program (IUP). Untuk itu, Unit Urusan Internasional dan Kerjasama (U2IK) FE mengadakan workshop yang bertajuk “Pengembangan International Undergraduate Program”.

Workshop Pengembangan International Undergraduate Program bertujuan untuk sharing knowledge tentang bagaimana persiapan dan langkah membangun IUP serta bagaimana menjadikan kelas internasional agar dapat menarik mahasiswa internasional untuk masuk dan menyiapkan mahasiswa FE untuk siap berkompetisi di tingkat global. Workshop ini diselenggarakan pada Kamis, 15 Juli 2021 pukul 08.00 WIB melalui aplikasi Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di YouTube FE (feunyofficial). Dosen-dosen dari FE UNY dan 12 LPTK yang telah bekerja sama dengan FE UNY hadir sebagai peserta pada workshop ini. Pembicara yang dihadirkan adalah orang-orang yang telah berpengalaman dalam bidang program internasional. Pembicara pertama adalah Tota Panggabean, Ph.D dari California State University Sacramento, Amerika Serikat. Materi yang disampaikan oleh Tota Panggabean, Ph.D bertajuk “How to Establish and Maintain International Program”.

Menurut Tota Panggabean, Ph.D, the best practice untuk membangun dan mempertahankan kelas internasional adalah benefit dan insentive, baik untuk mahasiswa dan pengajar. Benefit dan insentive yang dimaksud adalah seperti apakah yang akan didapat oleh mahasiswa jika mereka bergabung di kelas internasional, skill dan kompetensi apa yang ditawarkan oleh fakultas untuk mahasiswa, pengalaman belajar seperti apa yang akan didapat mahasiswa nantinya di kelas internasional, serta bagaimana sistem insentif yang akan didapat oleh pengajar jika mengajar di kelas internasional.

Ada tiga kontrol yang perlu dijaga oleh penyelenggara kelas internasional agar kelas internasional dapat bertahan dan tumbuh dengan baik, yaitu input control, throughput control, dan output control. Input control terdiri dari mahasiswa dan fakultas, yaitu tentang bagaimana cara memilih pengajar untuk kelas internasional, apa syarat minimum yang perlu dipenuhi oleh calon pengajar, dan bagaimana cara fakultas menwarkan program kelas internasional kepada mahasiswa. Throughput control adalah bagaiamana pelaksanaan kelas internasional yang dapat diuraikan dengan penjabaran mengenai berapa biaya untuk bergabung di kelas internasional, bagaimana metode pengajaran pada kelas internasional, dan program kolaborasi internasional seperti apa yang ada di kelas internasional. Sedangkan untuk output control, tahap ini lebih difokuskan kepada hasil atau outcome dari kelas internasional, seperti reputasi, penempatan kerja untuk para lulusan, peningkatan pendaftar, dan lain-lain.

Pembicara kedua adalah Drs. Agung Praptapa, MBA, Ak, yang merupakan Ketua Program Internasional Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED). Agung lebih banyak menyampaikan mengenai pengalaman dalam merintis dan mengembangkan program internasional yang ada di UNSOED. Agar kelas internasional dapat berkembang dengan baik, kualitas adalah menjadi fokus utama.

Kendala yang sering dialami dari pendirian kelas internasional adalah mencari pengajar yang kompeten. Untuk mengatasinya, beliau menjelaskan bahwa pemenuhan pengajar yang kompeten dapat dilakukan dengan pendatangan praktisi, seperti direktur-direktur dari BUMN, sebagai dosen di kelas internasional. Di samping itu, UNSOED juga menghadirkan pengajar-pengajar dari luar negeri yang dikemas dalam bentuk internship lecturer dan volunteer. Pengajar-pengajar tersebut harus memenuhi standar yang telah ditetapkan, seperti harus mempunyai gelar master untuk internship lecturer dan gelar bachelor untuk volunteer.

Selain itu, Agung juga menjelaskan bahwa penyelenggara juga perlu memperjelas apa yang membedakan kelas internasional dengan kelas reguler. Program-program seperti double degree, summer course, international internship, dan program internasional lainnya dijadikan benefit yang akan didapatkan mahasiswa internasional. Agung juga menambahkan bahwa lulusan kelas internasional harus berbeda dengan lulusan kelas reguler. Sebelum dinyatakan lulus, mahasiswa tingkat akhir harus mencapai standar-standar internasional, seperti skor TOEFL minimal 500, memiliki pengalaman internasional, dan memiliki serfikat kompetensi.

Peserta Workshop Pengembangan International Undergraduate Program sangat antusias selama acara berlangsung. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta pada kedua pembicara. Diskusi yang terjadi sebelum akhir acarapun berlangsung menarik. Beberapa kajur, kaprodi, dan pengelola fakultas sangat bersemangat menggali informasi seputar kelas internasional. Acara diakhiri dengan foto bersama yang dipandu oleh moderator. Acara ini dapat disaksikan kembali melalui link YouTube https://youtu.be/3oqoL3V0BAk.