Anak Tukang Becak Raih IPK 3,89

Kuliah di perguruan tinggi adalah impian bagi sebagian orang. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan secara ekonomi, melanjutkan pendidikan sampai di perguruan tinggi perlu pemikiran yang panjang. Diperlukan biaya yang besar, dan karena itu, banyak orang tua yang lantas mundur teratur saat anak mereka lulus dari sekolah menengah atas/kejuruan dan berniat melanjutkan studi.  Kebanyakan dari mereka lantas terpaksa menyambung hidup dengan bekerja, demi membantu orang tua. Tapi, bagi mereka yang memiliki prestasi, sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak mencoba menapaki jalan sebagai seorang mahasiswa. Berbagai beasiswa siap membantu mereka menyelesaikan studi asalkan mereka mau menjaga ketekunan dan kerja keras selama berkuliah.

Hal ini dibuktikan oleh Ummi Isti’adah, alumnus  Akuntansi 2011 Fakultas Ekonomi (FE) UNY yang baru saja disahkan sebagai Sarjana Ekonomi pada upacara Yudisium periode Juli, Kamis (30/7) lalu. Bagi lajang yang akrab dipanggil Isti ini, kesuksesan tidak ditentukan oleh kecerdasan semata, tapi juga kerja keras. Ayahnya hanya seorang tukang becak serta ibunya seorang buruh di sebuah warung makan, sehingga keduanya sempat merasa ragu untuk mengizinkan Isti berkuliah.

“Di desa, pandangan umumnya itu orang yang bisa menguliahkan anaknya pasti orang yang berkecukupan. Kuliah itu mahal. Keluarga saya juga sempat ragu. Tapi saya yakinkan mereka, in sya Allah saya bisa,” tegas Isti yang menjadi mahasiswa di UNY dari jalur Bidik Misi Undangan 2011 lalu. Dengan ketekunan dan kerja keras, Isti yang sempat bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) di sebuah supermarket guna menyokong studinya ini mampu lulus pada Yudisium Periode Juli dengan IPK 3,89, tertinggi di periode tersebut.

Tak jauh berbeda dengan Isti, Siti Maesyaroh adalah sosok pekerja keras. Alumnus Manajemen 2011 yang akrab dipanggil Mae ini terkenal sebagai aktivis yang berprestasi. Tak kurang dari lima organisasi kemahasiswaan yang menjadi tempatnya menempa softskill. Sempat menjadi ketua Center of Islamic Economics Studies (CIES) UNY 2013, Mae lantas menjadi salah satu pelopor berdirinya Islamic Mini Bank (IMB) di UNY pada 2014 lalu. Mae bahkan kemudian didaulat menjadi Direktur pertama lembaga keuangan syariah yang melayani mahasiswa, dosen, dan karyawan UNY ini.Siti Maesyaroh

Peraih predikat Mahasiswa Berprestasi FE UNY 2014 ini memang sudah akrab dengan torehan prestasi, bahkan semenjak SD. Peringkat satu kerap diraih gadis kelahiran Purworejo yang kemudian bersama keluarganya mengikuti program transmigrasi ke Kalimantan pada 1996 ini. Meskipun kuliah di UNY bukan pilihan pertama pada awalnya, Mae tak lantas patah semangat. “Skenario Allah akan indah pada saatnya tiba. Jika dijalani dengan penuh kesyukuran dan memaksimalkan potensi yang dimiliki, buahnya akan manis. Mutiara ditempatkan di manapun akan tetap menjadi mutiara,” ujarnya.

Putri bungsu dari pasangan Sumardi dan Turimah ini memiliki prinsip untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi seluruh umat. “Saya ingin melanjutkan studi saya di bidang Islamic Finance lalu suatu saat menjadi seorang direktur di sebuah bank syariah,” ungkap Mae yang juga peraih predikat cum laude ini.

Sebagaimana disampaikan Wakil Dekan I FE UNY Nurhadi, MM, pada periode Juli 2015 ini, FE UNY meluluskan sebanyak 165 orang yang terdiri dari 61 orang S1 Kependidikan, 41 orang S1 Non Kependidikan, dan 63 orang Program D3. “Ini yudisium dengan peserta terbanyak dalam satu tahun ini. Peraih predikat Dengan Pujian juga 73 orang, atau sebesar 44 % yang merupakan jumlah yang cukup banyak,” terangnya. “Kembangkan potensi kalian, jangan puas sampai di sini. Tanggung jawab yang lebih besar di masyarakat sudah menanti kalian,” pesan Dekan FE UNY Dr. Sugiharsono. (fadhli)