Yudisium Periode 30 April 2013: Sebuah Catatan Rekor Tersendiri

Yudisium Fakultas Ekonomi UNY periode April Selasa (30/4) lalu menyimpan satu catatan tersendiri. Dengan jumlah peserta yang memenuhi persyaratan akademik dan administratif yudisium sebanyak 104 orang, sebanyak sekitar 41% atau 43 orang di antaranya memperoleh predikat "dengan pujian". “Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dan tentu patut kita syukuri,” ungkap Wakil Dekan I FE UNY, Prof. Dr. Moerdiyanto, M.Pd., MM. dalam arahannya yang kemudian disambut aplaus meriah dari seluruh peserta yudisium. Sebanyak 64 orang dari S1 Kependidikan, 34 orang S1 Non Kependidikan, dan 6 orang D3 memenuhi ruang Auditorium pagi hari itu untuk menjalani upacara kelulusan mereka. Bersama para lulusan yang berbahagia hari itu, hadir pula Ketua Senat FE UNY, Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, Wakil Dekan II FE UNY, Moh. Djazari, M.Pd., serta para Kajur dan Kaprodi di lingkungan FE UNY.

Dalam arahannya, Moerdiyanto mengingatkan kepada para lulusan, “di balik ini masih ada tantangan yang lebih besar. Oleh karena itu, jangan berhenti berjuang.”

Jumlah peserta yudisium tertinggi berasal dari Program Studi Pendidikan Akuntansi dengan 46 peserta, sedangkan khusus Kelas Internasional dari Pendidikan Akuntansi sendiri berhasil meluluskan kembali 2 mahasiswanya yaitu Narendra Edi Putranto dan Tia Widyaningtyas Woro Putri.

Penghargaan peraih IPK tertinggi pada periode April ini diraih oleh Heni Purwanni, dari Jenjang S1 Program Studi Akuntansi, dengan nilai 3,79. Heni yang berulang tahun pada tanggal 2 Mei ini mampu menjadi yang terbaik di akhir studi S1 Akuntansinya dengan perjuangan yang penuh semangat.Heni Purwanni, Peraih IPK Tertinggi

Lulusan SMK N 1 Jogonalan, Klaten, ini ternyata berkendara motor setiap hari ke kampus langsung dari rumahnya di Jetis, Manisrenggo, Klaten. Hal ini tak lepas dari kemauan kerasnya dan dukungan keluarga terhadap dirinya untuk menyelesaikan studi dengan baik. Sebagai bukti, prestasi akademik yang menonjol sudah diukir lajang 22 tahun ini sejak masih duduk di bangku SD. Diungkapkannya, selalu tertulis peringkat 1 di setiap penerimaan buku rapor sejak SD hingga SMA, kecuali satu semester di awal studinya di jenjang SMA.

Dikaruniai kecerdasan demikian, tak lantas membuat orang tuanya merestui keinginan Heni melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Kendala biaya menjadi justifikasi larangan mereka. Tapi hal itu bukannya mengendurkan melainkan menjadi tantangan tersendiri bagi Heni untuk menjadi pembuktiannya terhadap orang tua. Melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul (PBU), Heni diam-diam mendaftar di UNY sampai akhirnya dirinya dinyatakan diterima, dan baru setelah itu orang tuanya merestui.

Heni memang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Bapaknya, Harto Wiyono, adalah seorang petani yang sesekali menjadi kuli bangunan, serta ibunya, Sriyati, merupakan seorang Ibu Rumah Tangga (IRT). Di keluarganya, anak bungsu dari 5 bersaudara ini adalah satu-satunya yang meneruskan sekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Untuk membantu pembiayaan kehidupannya selama kuliah, dirinya bahkan sempat menjadi pramuniaga di sebuah toko sepatu.

Semasa kuliah, Heni yang mengaku mengagumi sosok Bapaknya ini pernah menjabat kepengurusan HIMA AKSI (Himpunan Mahasiswa Akuntansi), KOPMA (Koperasi Mahasiswa), dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas ketika FE masih tergabung di FISE. Penyuka pelajaran Matematika ini juga sempat tergabung dalam tim yang berhasil menempati posisi enam besar Lomba Pajak di STAN Regional Yogyakarta pada tahun 2011 lalu.

Ditanya mengenai kiatnya dalam belajar selama ini, dia mengungkapkan rahasianya. “Sejak SD dulu, di saat anak-anak lain segera pergi bermain sepulang sekolah, aku selesaikan PR-ku dulu, baru menyusul bermain. Malamnya belajar singkat dan menata buku-buku di tas sekolah,” pungkasnya. (fadhli)