Syawalan FE UNY: Ingat Dua Hal, Lupakan Dua Hal

Ust Wijayanto

Halal bi halal adalah budaya asli Indonesia, tidak ada yang serupa dengannya di negara lain di dunia ini, bahkan di Arab Saudi pun tidak ditemukan. Kebiasaan ini memang lazim ditemui setiap perayaan Idul Fithri di hampir setiap penjuru daerah di Indonesia, termasuk Yogyakarta yang memang kental nuansa kebudayaan dan tradisinya. Oleh karena itu, setiap muslim sepatutnya memanfaatkan momen ini untuk saling memaafkan dan membuang jauh-jauh rasa dendam. Halal bi halal harus melampaui batas-batas suku, etnis, jabatan, ras, bahkan agama. Petuah ini disampaikan oleh Ustadz Dr. H. Wijayanto, M.A. dalam acara Syawalan Fakultas Ekonomi (FE) UNY 1434 Hijriyah, di Auditorium FE UNY, Jumat (16/08) lalu.

Acara ini dihadiri lebih dari 250 peserta yang terdiri dari jajaran Dekanat, Kabag, Kasubag, para dosen, mahasiswa, para pensiunan, serta wartawan dan Dosen di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY. Dalam sambutannya, Dekan Dr. Sugiharsono, M.Si. memohon maaf apabila terdapat kekeliruan dan hal-hal yang tidak diinginkan dalam penyelenggaraan pengelolaan FE selama satu tahun ke belakang. Selain itu, beliau juga memohon saran dan masukan demi perbaikan kualitas penyelenggaraan pengelolaan tersebut.

“Dengan jumlah sebanyak 74 orang, FE merupakan fakultas dengan dosen paling sedikit dari 7 fakultas yang ada di UNY. Di sisi lain, kita akan mengupayakan nolisasi dosen bergelar sarjana mulai tahun depan, dan akan memindahtugaskan sebagai tenaga administrasi serta sebagian memasuki masa purna tugas,” ungkapnya.

Dalam taushiyahnya, Ust. Wijayanto yang merupakan pengasuh Pesantren BIAS Yogyakarta ini membuka ceramahnya dengan hadits Nabi saw, “Laa yadkhulul jannata qooti’un, tidak akan masuk surga, orang yang memutus tali silaturrahmi.” Bahkan, dalam hadits yang lain, salah satu kelompok yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah adalah dua orang yang bertengkar, dan tidak mau saling memaafkan. "Hablum minallah itu penting, tapi hablum minannaas juga harus dijaga," jelas ustadz sekaligus dosen yang dikenal humoris ini.

Dengan momen Idul Fithri, kita diajak untuk kembali ke fitrah kita. Fitrah yang mengenal baik dan buruk sebagaimana hati yang masih murni. “Cobalah kita amati kucing. Kucing yang memakan ikan curian gelagatnya tentu tampak tidak tenang. Sesekali menengok ke kanan kiri. Tetapi sebaliknya, kucing yang diberikan makanan oleh majikannya tampak tenang menikmati, tidak gelisah,” urai ustadz yang sudah tak asing lagi muncul di layar televisi ini.

“Dalam kitab Nashoihul ‘Ibaad karya Ibnu Hajar Al Asqalani, kita diajarkan mengingat dua hal dan melupakan dua hal. Ingat-ingatlah kebaikan orang lain dan kejelekan diri sendiri. Lalu, lupakanlah kebaikan diri sendiri kejelekan orang lain. Maafkanlah orang yang dahulu menyakiti kita,” pungkas ustadz Wijayanto. (fadhli)