Miliki Pola Pikir Inovatif di Era Disrupsi

Fakultas Ekonomi (FE) UNY mengadakan seminar internasional bertajuk International Conference on Ethics of Business, Economics, and Social Science, Jumat (31/8). Bersamaan dengan itu, Jurusan Manajemen FE UNY juga menggelar Annual Conference on Management Challengese (AcoMC) 2018. Seminar ini membahas permasalahan teraktual di bidang ekonomi, bisnis, dan manajemen, serta ilmu sosial di tengah meledaknya revolusi industri keempat.

Hadir sebagai pemateri adalah Prof. Moh. Nazari bin Ismail dari Universitas Malaya, Malaysia, Dr. Douglas S. Rolph dari Singapore University of Technology and Design, Dr. Jane Liu dari Chaoyang University of Technology, Taiwan, dan Setyabudi Indartono, Ph.D. dari FE UNY.

Nazari menyoroti kegagalan sistem yang ada di dunia dalam mengantisipasi revolusi industri ke-4 ini. Berbagai pengangguran baru muncul dari kalangan terdidik. Amerika Serikat menghadapi tantangan di bidang ekonomi dari berbagai pasar baru di periode kepemimpinan Donald Trump. “Sementara di Jepang, mulai bermunculan tenda-tenda yang didirikan orang yang tak mampu memiliki properti,” terangnya.

Sementara itu, Rolph menyatakan, adalah tugas kita para pendidik untuk menyiapkan generasi muda dengan perkembangan teknologi yang ada sekarang. “Era disrupsi teknologi punya implikasi terhadap bidang yang luas, dan bahkan nilai ekonomi yang terdampak sangat besar. Dalam 10 tahun ke depan, banyak pekerjaan rutin yang akan menghilang. Oleh karena itu, diperlukan revolusi mental dalam menghadapinya,” ujarnya.

Rolph melanjutkan, ada pola pikir inovasi yang harus dimiliki dalam era disruptif ini. “Pertama, identifikasi apa yang penting. Kedua, biasakan diri dengan ketidakpastian. Tiga, beradaptasi dengan informasi yang terbatas,” tambahnya.

Dalam sambutannya membuka acara mewakili Rektor, Wakil Rektor I UNY menyatakan bahwa internet menjadi salah satu faktor kunci dalam era disrupsi. “Konektivitas adalah hal yang makin lumrah. Pertumbuhan ekonomi akan makin pesat dengan adanya revolusi industri ini. Di sisi lain, isu kesetaraan dan perubahan iklim akan tetap menjadi tantangan yang tak bisa diabaikan,” ucapnya.

Seminar dihadiri oleh lebih dari 150 akademisi, peneliti, dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan institusi.