Mangrove Ticketing System (MTS) Solusi Dampak Abrasi

MTS Kristal

Persoalan abrasi yang menghangat dalam kurun waktu sebulan ini menjadi perhatian banyak pihak. Sebagai negara kepulauan, garis pantai Indonesia jelas membutuhkan banyak perlindungan. Banyak pulau kecil yang menjadi titik terluar batas wilayah yang terancam, sedangkan penduduk pesisir pantai juga menggantungkan harapan salah satunya pada keindahan pantai yang dikunjungi wisatawan. Jika abrasi ini tidak segera diatasi, Indonesia akan kehilangan lebih banyak pantai, dan penduduk pesisir semakin terjatuh dalam jurang kemiskinan akibat orientasi pembangunan pemerintah yang selama ini lebih terpusat di darat daripada pesisir. Permasalahan ini yang kemudian coba diangkat oleh tiga mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) UNY dalam Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa 2013 yang diadakan Ditjen Dikti pada 20-21 September 2013 lalu.

Tiga mahasiswa tersebut, yaitu Surya Jatmika, Tita Pratama Zebua, dan Swasih Fithria Asma Fadlilah, yang sama-sama dari Jurusan Pendidikan Akuntansi namun berbeda angkatan ini berhasil menggondol predikat Juara IV Bidang Kesra setelah dipresentasikan di depan para tim penilai. Setelah perjuangan selama dua hari, Surya Jatmika yang juga Kepala Departemen Forum Mahasiswa Ilmiah di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Kristal ini berhasil membawa teman-temannya meraih satu posisi terhormat dalam ajang tingkat nasional bertempat di Jakarta tersebut.

Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa (KPKM) 2013 yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ini sudah melakukan seleksi tahap awal pada 2-3 Agustus lalu yang kemudian menghasilkan 36 artikel finalis nasional yang dipertandingkan 20-21 September di Jakarta. KPKM terdiri dari tiga bidang yang dipertandingkan, yaitu Bidang Hukum, Bidang Ekonomi, dan Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra).

Karya tulis kelompoknya yang berjudul “(MTS) Mangrove Ticketing System sebagai Solusi dalam Menangani Dampak dari Abrasi Pantai serta Solusi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Pantai Indonesia” lahir dari keprihatinannya terhadap masalah abrasi yang sejauh ini telah menghancurkan 40% panjang pantai di Indonesia. Abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh gerusan air laut baik yang disebabkan oleh meningkatnya permukaan air laut ataupun oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa penanaman vegetasi pantai merupakan cara terbaik untuk mengurangi dan mencegah terjadinya abrasi. Vegetasi ini bisa berupa pohon bakau, pohon kelapa, atau pohon ketapang.

Setelah melakukan observasi di Pantai Samas selama satu hari, sistem/model MTS (Mangrove Ticketing System) ini dimunculkan untuk menjadi salah satu alternatif solusi untuk menanam pohon bakau di pesisir pantai serta menjadi sarana edukasi dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar pesisir.

Mengapa terinspirasi untuk melakukan penanaman pohon bakau? “Ketika saya memasuki kawasan pantai Samas dan mendapat tiket masuk berupa kertas itu, saya merasa sayang karena tiket kertas itu kemudian hanya menjadi gumpalan sampah kertas dan dibuang begitu saja. Padahal kertas itu dari kayu, dari pepohonan di hutan. Akibatnya, terjadilah berbagai musibah di antaranya seperti global warming dan juga abrasi ini. Untuk itu, pohon bakau menjadi vegetasi yang penting di pantai, “ urai Surya. (Isti/Fadhli)