Inovasi Alat Pengering Hasil Perikanan Karya Mahasiswa UNY

Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta km persegi sehingga memiliki potensi perikanan yang banyak, baik laut maupun tawar. Hasil panen ikan Indonesia dipasarkan ke seluruh dunia untuk dikonsumsi penduduk. Pascapanen, banyaknya jumlah ikan yang ditangkap nelayan ternyata masih terdapat kendala. Ikan merupakan suatu bahan pangan yang cepat mengalami proses pembusukan (perishable food). Hal ini disebabkan karena beberapa hal seperti kandungan protein yang tinggi dan kondisi lingkungan yang sangat sesuai untuk pertumbuhan mikroba pembusuk. Untuk meminimalisasi tangkapan ikan yang membusuk, mahasiswa UNY menciptakan alat pengawet ikan yang terhubung dengan internet.

Novi Syaifatun Kamala mahasiswa prodi Akuntansi 2016 dan Intania Betari Miranda (prodi Pendidikan Kimia) merancang alat yang dinamakan Smart Fish House (SFH). Menurut Novi, Smart Fish House menggunakan prinsip dinding trombe, yang di luarnya terdapat ruangan sempit berisi udara berupa kaca. “Prinsip kerjanya adalah permukaan luar ruangan akan dipanasi oleh sinar matahari, kemudian sinar tersebut perlahan-lahan dipindahkan ke dalam ruangan sempit,” kata Novi. Selanjutnya panas di dalam ruangan tersebut akan dikonveksikan. Prinsip ini dapat dijadikan alternatif pemanfaatan energi panas menjadi lebih efektif dan efisien karena bisa menyerap panas dan juga berfungsi dalam penyimpan panas yang bisa digunakan kapan pun. Dinding trombe ini juga tidak dipengaruhi oleh cuaca yang buruk karena energi disimpan pada dinding, sehingga bisa melindungi atau dimanfaatkan untuk apapun di dalamnya. Pada siang hari, dinding trombe ini akan menyerap panas dari matahari, sehingga energi panas akan terendap dan tidak dapat keluar. Rancang bangun Smart Fish House dibuat satu lantai yang memanfaatkan sirkulasi udara di dalam yang didesain pada kegiatan penelitian ini dimodifikasi sehingga mempunyai manfaat yaitu sebagai media food dryer.

Intania Betari Miranda mengatakan, Smart Fish House merupakan alat yang terintegrasi dengan internet sehingga disebut IoT (Internet of Things). Pada alat ini dipasang beberapa sensor yang memiliki fungsi masing-masing, di antaranya sensor suhu untuk mengatur suhu dan juga membuat rekomendasi waktu pengeringan yang ideal di dalam Smart Fish House. Sistem akan mengecek kondisi suhu yang terpantau idealnya adalah 50- 70 oC. Jika suhu lebih atau kurang dari batas tersebut, maka arduino secara otomatis akan mengkalkulasikan rekomendasi waktu pengeringan. “Juga ada sensor berat untuk menghitung berapa kilogram ikan yang sudah tertampung di SFH dan Sensor GPS digunakan untuk mengetahui lokasi Smart Fish House yang tersebar di titik wilayah potensi perikanan Indonesia,” ujar Intania. Ketiga sensor tersebut akan diinput ke arduino untuk diproses. Setelah diproses pada arduino, kemudian data akan dikirim ke cloud sebagai database untuk disimpan dan diolah kembali. Data yang sudah diolah dalam cloud kemudian akan dikirimkan kepada smartphone user melalui aplikasi Smart Fish House. Dalam aplikasi tersebut, user dapat menggunakan beberapa fitur utama, di antaranya: a) fitur beli ikan, di mana user dapat membeli produk ikan kering yang diproduksi; b) fitur data statistik produksi ikan, di mana user dapat mengetahui berapa produksi ikan yang dihasilkan di suatu daerah yang terdapat Smart Fish House sehingga dapat mengetahui waktu menyuplai ikan kepada daerah yang kekurangan jumlah ikan; c) fitur info cuaca, di mana user dapat mengetahui informasi cuaca pada hari tersebut; d) fitur rekomendasi waktu pengeringan, di mana user dapat mengetahui rekomendasi waktu pengeringan ikan. Karya ini merupakan inovasi gagasan yang akan diikutkan pada seleksi nasional lomba MTQMN cabang karya tulis ilmiah kandungan Al-Qur’an di Aceh Agustus mendatang. (Dedy)