Dies Natalis ke-11: Membaca Arah Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Kedepan

Perguruan Tinggi yang berbentuk badan hukum (PTN-BH) menuntut implementasi pendidikan dan pengajaran agar lebih berkualitas dengan kemandirian dan karakteristik prodi. Dengan penerapan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dosen dituntut untuk memberikan pendampingan dan memiliki pengalaman dalam implementasi magang dan praktik industri. Selain itu, perguruan tinggi kini juga dituntut memenuhi berbagai rujukan kualitas kinerja yang meliputi Indikator Kinerja Utama (IKU), penilaian pemeringkatan nasional, dan pemeringkatan QS. Keberadaan mahasiswa asing juga menjadi tolok ukur yang signifikan dalam pengakuan universitas kelas dunia. Demikian Dekan Fakultas Ekonomi (FE) UNY Dr. Siswanto, M.Pd., dalam laporannya di Upacara Sidang Terbuka Senat dalam Dies Natalis ke-11 FE UNY, Rabu (22/6).

Siswanto melanjutkan, FE UNY mendukung mahasiswanya studi di luar kampus melalui berbagai skema, baik itu magang/praktik industri, proyek desa, pertukaran pelajar, mengajar di sekolah, dan sebagainya. “Beberapa mahasiswa mengikuti pembelajaran baik secara daring maupun luring di sejumlah kampus luar negeri, seperti Kasetsart University, hingga University of Nottingham pada semester mendatang,” terangnya.

Dekan FEB Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Cipto Wardoyo, M.Pd., M.Si., Ak., CA menyebutkan fenomena mahasiswa di masa sekarang sudah jauh berbeda dengan sebelumnya dan ini harus diperhatikan oleh para praktisi pendidikan. “Generasi Z dengan karakternya yang digital natives, serta karakter pembelajaran saat ini yang mulai berbasis multimedia, ada kesenjangan antara dunia industri saat ini dengan mahasiswa yang kita persiapkan. Oleh karena itu perlu ada model baru bagaimana mempersiapkan mahasiswa agar ketika dia lulus, tidak tertinggal,” ungkapnya.

Cipto menambahkan, dulu kita mengenal model Expert-Centered Learning dan kemudian bergeser ke Work-Based Learning. Work-Based Learning dipandang mampu memenuhi tuntutan dunia kerja saat itu. “Tetapi kini dengan perkembangan teknologi yang luar biasa, kompetensi yang diajarkan di empat tahun dunia kampus mungkin tidak lagi diperlukan di dunia kerja saat dia lulus. Dengan pembelajaran berbasis kehidupan atau Life-Based Learning, pembelajar bukan hanya menjadi objek, tetapi sebagai subjek yang juga turut menentukan kapabilitas, dan ini tampaknya sejalan dengan program MBKM yang memberi kesempatan mahasiswa belajar di luar kampusnya selama 3 semester,” tambah Cipto.

Dengan perkembangan dunia industri dan teknologi, arah pendidikan ekonomi dan bisnis akan makin kompleks, Cipto melanjutkan. “Moda pembelajaran kini ada tatap muka, jarak jauh, hingga hibrida. Kemudian strategi pembelajaran bisa berupa berbasis masalah, berbasis proyek, gamification, hingga life-based learning. Selain itu, perlu juga diajarkan kompetensi transversal seperti berpikir kritis, kerjasama, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas,” urai Cipto.

Upacara Dies Natalis ke-11 FE UNY kali ini diselenggarakan secara blended, di mana sebagian tamu undangan menghadiri secara langsung di ruang Auditorium FE UNY, dan juga sebagian hadir secara daring di media Zoom. Tampak menghadiri acara tersebut secara langsung para wakil rektor UNY, dekan di seluruh UNY, perwakilan dosen di FE UNY, serta senat fakultas. (fdhl-ed:lia)