pkm

MAHASISWA FE UNY KREASIKAN KRIM JERAWAT DARI BUAH TALOK

Kersen atau talok (Muntingia calabura L.) merupakan buah yang tidak asing bagi masyarakat. Buah yang disebut juga ceri jawa ini cukup melimpah dan belum termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat hanya dibiarkan berjatuhan ditanah. Padahal kandungan yang terdapat dalam buah ini cukup lengkap seperti vitamin C, kalsium, tianin, ribofalin, niacin dan karoten. Dibalik ukurannya yang kecil, ternyata talok memiliki manfaat untuk kecantikan yang kadang terabaikan. Buah ini mengandung anti oksidan dan vitamin C yang berguna untuk mencegah tanda-tanda penuaan dini. Talok juga dapat digunakan untuk menghilangkan jerawat dengan kandungan antioksidannya yang mampu membunuh bakteri-bakteri yang menyebabkan jerawat dan dapat mengangkat sel kulit mati. Selain itu talok juga dapat menghaluskan kulit wajah. Dari fakta inilah sekelompok mahasiswa UNY mengolah buah talok menjadi masker jerawat dan mengangkat kulit mati. Mereka adalah Ani Asa Palupi, Refiana Dewi dan Rifqi Fadloli prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi serta Arshi Alfianti prodi Pendidikan Fisika Fakultas MIPA.

Menurut Ani Asa Palupi, sekarang ini banyak beredar berbagai jenis masker wajah baik itu yang mengandung bahan kimia maupun tidak. “Perkembangan ini sesuai dengan tuntutan jaman akan pentingnya merawat kecantikan kulit wajah, terutama di kalangan remaja putri” katanya. Masalahnya, seringkali konsumen tidak mengetahui apakah masker yang mereka gunakan aman untuk wajah. Terlebih pada yang memiliki kulit sensitif, hal tersebut akan berdampak pada wajah, bukannya mempercantik tetapi malah memperburuk wajahnya. Harga kadang menjadi faktor pertimbangan remaja, harga yang murah meriah sangat menggiurkan remaja untuk membeli masker tersebut tanpa mengetahui kualitas produk. Refiana Dewi menambahkan, oleh karena itu tim mereka membuat masker berbahan dasar alami tanpa menggunakan bahan kimia sehingga aman digunakan untuk kulit wajah. “Selain itu, harga yang kami tetapkan relatif rendah sehingga dapat terjangkau oleh kalangan remaja” tutur Dewi.

Dijelaskan Arshi Alfianti bahwa pembuatan masker ini cukup mudah. Bahan yang diperlukan adalah buah talok, air, wadah, mesin penghalus, sendok, pengaduk, nampan, keranjang buah, plastik dan madu murni. Cara membuatnya, buah talok dipilih yang sudah matang atau setengah matang dan cuci bersih. Kemuadian dihaluskan dengan mesin penghalus, ditambah madu kemudian campur menggunakan pengaduk. Tuangkan pada wadah kemudian jemur pada panas matahari, tunggu sampai kering. Setelah kering kemudian haluskan kembali hingga menjadi bubuk. Masukkan kedalam wadah pengemasan dengan menggunakan takaran, dan produk siap dipasarkan.

Rifqi Fadloli mengatakan bahwa produk ini sudah dipasarkan dengan harga Rp. 8.000,- melalui media sosial dengan target mahasiswa dan pelajar. “Produk ini kami beri nama Cewa Mask atau masker ceri jawa, dan kami juga melayani pemesanan” kata Rifqi. Karya ini berhasil meraih pendanaan dari Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan tahun 2018. (Dedy)

Pelatihan PKM: Pentingnya Mencermati Administrasi

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) adalah ajang akademik tahunan tertinggi bagi mahasiswa di Indonesia. Melalui PIMNAS, berbagai perguruan tinggi berlomba untuk merebut medali di berbagai bidang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang tersedia. PIMNAS terdiri dari 5 bidang PKM yaitu PKM-Penelitian (PKM-P), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), dan PKM-Penulisan Artikel Ilmiah (PKM-I). Diikuti oleh lebih dari 200 mahasiwa, FE UNY menyelenggarakan Pelatihan PKM 5 Bidang guna menyiapkan diri menyambut PIMNAS di tahun mendatang, Rabu (20/9) kemarin. Bertindak selaku pemateri adalah Muhammad Izzuddin Mahali, M.Cs. dari Fakultas Teknik UNY.

Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FE UNY Isroah, M.Si. dalam sambutannya mewakili Dekan menyampaikan, penting untuk menyiapkan sejak awal. “Panduan untuk 2017 ini memang belum keluar, tetapi kami ingin para mahasiswa bisa mencermati dari panduan tahun kemarin,” terangnya.

Mahali menjelaskan, dalam PKM, administrasi menjadi satu hal penting yang tidak boleh diabaikan. “Setiap kriteria dan persyaratan harus terpenuhi. Sebagus apapun tulisannya, kalau administrasinya tidak lulus, percuma. Ukuran font, spasi, jumlah halaman, angkatan tahun anggota, semua administrasi harus dicek apakah sudah memenuhi persyaratan atau belum,” urai Mahali.

Selain itu, kreativitas juga perlu diperhatikan. “Topik yang berulang akan terlihat. Ada kecenderungan topik terlalu umum, terutama Perguruan Tinggi besar di Jawa. Oleh karena itu, penting juga untuk mencermati judul-judul usulan PKM yang didanai. Jangan sampai menyebabkan tersisih karena judul yang terlalu sering dibahas,” tambah Mahali. (fadhli)

PKM Harus Ditujukan untuk Kesejahteraan Rakyat

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menjadi kompetisi nasional yang kerap menjadi ajang adu gengsi antar perguruan tinggi (PT) di Indonesia. Tingkat kemajuan pendidikan PT diukur dari seberapa sukses pencapaian mereka dalam PKM. Oleh karena itu, setiap PT berlomba-lomba menyiapkan yang terbaik saat PKM menjelang. Tak terkecuali Fakultas Ekonomi (FE) UNY yang Rabu (30/8) lalu menyelenggarakan Pelatihan PKM 5 Bidang di kampus setempat. Menghadirkan dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY yang tak jarang menjadi juri Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), Sukinah, M.Pd., dan Endra Murti Sagoro, M.Sc., dosen FE UNY yang pernah mengantar UNY meraih emas di ajang PIMNAS 2015 lalu.

Dalam kesempatan ini, hadir segenap dosen yang menjadi pembimbing kelompok PKM serta beberapa perwakilan mahasiswa. Dekan FE UNY Dr. Sugiharsono, M.Si dalam sambutannya menekankan bahwa penelitian mahasiswa hendaknya ditujukan sebesar-besarnya untuk memajukan masyarakat. “Inovasi yang dilakukan harus bermuara untuk kesejahteraan rakyat,” pesannya.

Sukinah menjelaskan, mahasiswa harus memahami karakteristik dan perbedaan tiap PKM. Program yang bermuara ke PIMNAS adalah PKM-P (Penelitian), PKM-K (Kewirausahaan), PKM-M (Pengabdian pada Masyarakat), PKM-T (Teknologi), PKM-KC (Karsa Cipta), dan PKM-GT (Gagasan Tulis), sedangkan PKM-AI (Artikel Ilmiah) akan berlanjut ke jurnal kreativitas mahasiswa. Memahami perbedaan substansi setiap jenis PKM akan membantu meraih kesuksesan.

“Pemicu ide ada di mana-mana. Yang dibutuhkan adalah sikap mental yang kondusif dan kebiasaan mengamati situasi sekitar. Baca dan pahami buku panduan yang disediakan. Pelajari aturan ‘yang diizinkan’ dan ‘yang tidak diizinkan’. Misal, jumlah halaman, sumber penulisan, maupun format dan sistem penulisan yang telah ditetapkan,” tambah Sukinah.

Pada 2017 ini, UNY meloloskan 17 PKM yang tampil di ajang PIMNAS ke-30 di di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Agustus kemarin. Pada even tersebut, UNY meraih dua emas, satu perunggu, dan tiga juara favorit. UNY berhasil menempati peringkat 10 dari 89 perguruan tinggi yang terdaftar sebagai peserta. (fadhli)

GELAMUT Bantu Minimalisir Terkena Diabetes

Geplak merupakan salah satu oleh-oleh khas Yogyakarta. Makanan camilan yang terbuat dari olahan kelapa ini terkenal akan rasanya yang luar biasa manis dan sering dijumpai dengan berbagai ragam warna dan varian rasa. Kini, geplak tidak lagi hanya diproduksi dari gula pasir biasa. Sekelompok mahasiswa kreatif menghasilkan geplak dengan menggunakan gula semut. Geplak gula semut atau yang akrab disebut dengan singkatan GELAMUT merupakan hasil inovasi dari makanan geplak yang selama ini acap ditemui di Bantul, DIY. GELAMUT ini tercipta dari ide sebuah team PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa – Bidang Kewirausahaan) dari Fakultas Ekonomi (FE) UNY. Tim ini diketuai oleh Debby Ayuning Dyah (Pend. Ekonomi 2014) dengan anggota Dias Novitasari (Pend. Ekonomi 2014), Apriyanti Astasari (Pend. Ekonomi 2014), Dwi Rahayu (Pend. Ekonomi 2015), dan Kholis Hidayat (Pend Akuntansi 2015).

PKM yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEKDIKTI) setiap tahun ini membuat Debby dan kawan-kawan terpacu untuk mengikuti event tersebut, sehingga terciptalah inovasi geplak dengan menggunakan gula semut. Berbeda dengan geplak biasanya yang menggunakan bahan gula pasir, tim tersebut menggunakan gula semut sebagai pengganti gula pasir.

Gula semut yang digunakan merupakan hasil perkebunan di wilayah Kulonprogo DIY. Berdasarkan penelitian dari The Philippines Food and Nutrition Research Institute mengenai indeks glikemik, gula semut mengandung indeks glikemik sebesar 35 yang tergolong rendah jika dibandingkan dengan indeks glikemik dari dari gula pasir sebesar 64. Kandungan glikemik yang cukup rendah pada gula semut membuat GELAMUT mempunyai keunggulan di sisi kesehatan, yaitu ramah apabila dikonsumsi oleh orang yang menderita diabetes dan juga sebagai pencegah diabetes bagi konsumen geplak.

Bahan-bahan lain yang digunakan untuk membuat GELAMUT ini sama dengan geplak pada umumnya yaitu kelapa dan tepung terigu. Dengan menggunakan gula semut, geplak yang  dihasilkan berwarna coklat, karena mendapat pengaruh warna dari gulanya tersebut, sehingga GELAMUT ini tidak bisa diberi warna yang lain. Walau begitu, tim PKM-K Debby tidak habis akal, GELAMUT yang berwarna coklat itu diberi topping seperti kacang almond dan sprinkle warna warni.

GELAMUT diharapkan mampu memberi manfaat terhadap orang yang ingin mengkonsumsi geplak secara aman. Selain itu, produk ini juga turut memperkenalkan gula semut hasil perkebunan kelapa di wilayah Hargotirto, Kokap, Kulonprogo, DIY, sehingga dapat meningkatkan perekonomian produsen gula semut. (debby/fadhli)

Pages