kuliah umum

Kuliah Umum Penelitian pada Akuntansi Syariah

Dewasa ini, keuangan syariah makin diminati. Banyak nasabah yang menggunakan jasa bank syariah, dan banyak yang berpindah metode transaksi dari konvensional ke syariah. Hal ini ditengarai disebabkan baik karena kesadaran masyarakat yang ingin kembali ke nilai-nilai islam yang mulai meningkat, atau karena tingkat keuntungan yang ditawarkan oleh jasa syariah ini lebih bersaing. Akuntansi Syariah tak terkecuali menjadi salah satu subyek ilmu baru yang terus berkembang mengikuti dinamika ilmu pengetahuan dan ekonomi. Berkaitan dengan itu, Fakultas Ekonomi (FE) UNY mengadakan kuliah umum bertemakan Research on Islamic Accounting, Rabu (5/12) lalu. Kuliah yang disampaikan dosen UMY sekaligus pengurus IAI Wilayah DIY, Rizal Yahya, ini diikuti 180 mahasiswa jurusan Pendidikan Akuntansi dan dibuka oleh Ketua Jurusan (Kajur) Rr. Indah Mustikawati.

Rizal Yahya memaparkan, para ahli mendefinisikan akuntansi syariah secara sederhana sebagai akuntansi yang didasarkan pada sumber Alquran dan Assunnah. “Ada tiga pendekatan dalam memandang akuntansi syariah. Yang pertama, pendekatan induktif, berangkat dari akuntansi kontemporer dengan memakai akuntansi keuangan barat yang sesuai, lalu mengeluarkan yang bertentangan dengan syariah,” terangnya.

“Yang kedua, pendekatan deduktif menggunakan prinsip islam yang sudah ada lalu dicocokkan dengan prinsip Islam. Ketiga, hybrid, yaitu yang mendasarkan pada prinsip syariah dan persoalan masyarakat. Pendekatan ini mengapresiasi apa yang sudah dikembangkan oleh Barat, dan menganggap perlu dipalukasikan dalam akuntansi syariah,” tambahnya.

Dalam penelitian di bidang akuntansi syariah, lanjut Rizal, banyak hal yang bisa disinggung, dan beberapa lembaga bisa menjadi obyek penelitian. “Lembaga keuangan syariah seperti BMT (Baitul Maal wat Tamwil-red), perusahaan asuransi syariah, BPR syariah, dan bank-bank syariah bisa menjadi tempat penelitian. Beberapa topik yang bisa disinggung adalah seperti standar akuntansi syariah, kesesuaian dengan standar/pedoman akuntansi, pelaporan keuangannya, atau pencapaian tujuan sosioekonomik,” urai Rizal. (fadhli)

FE UNY Datangkan Dosen Tamu India

Selama beberapa pekan, mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY mendapatkan kuliah dari Ass. Prof. Dr. Mohsin Shaikh dari Smt. Kashibai Navale College of Engineering (SKNCOE) Department of Management Studies. Kelas-kelas yang mendapatkan kesempatan dipilih dari kelas-kelas unggulan masing-masing prodi di FE UNY. Kuliah oleh Visiting Professor ini memang menjadi salah satu program andalan yang bisa dinikmati oleh mahasiswa kelas unggulan secara khusus, dan fakultas secara umum, demi menambah wawasan internasional dan peningkatan kemampuan bahasa asing.

FE UNY memiliki kelas unggulan di beberapa prodi seperti Pendidikan Akuntansi S1, Manajemen S1, Akuntansi S1, dan Pendidikan Ekonomi S1. Mahasiswa kelas unggulan dipilih melalui seleksi terhadap kemampuan mahasiswa, terutama bahasa Inggris. Nantinya, mahasiswa kelas unggulan diharuskan membuat tugas akhir dalam bahasa Inggris. Selain itu, mahasiswa mendapatkan kesempatan mengikuti transfer kredit di universitas di luar negeri, terutama di wilayah ASEAN.

Dalam kesempatan ini, Mohsin memberikan materi seputar e-commerce dan manajemen sumber daya manusia. Perkuliahan diselenggarakan dalam Bahasa Inggris dan dipandu oleh dosen dari FE UNY di masing-masing mata kuliah. Selain di FE UNY, Mohsin juga memberikan perkuliahan di beberapa kelas di Program Pascasarjana UNY. (fadhli)

FKIP UnSri Kuliah Umum di FE UNY

Kurikulum pendidikan adalah salah satu hal yang paling rentan mengalami perubahan. Tidak hanya terpengaruh kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi dunia juga kerap memaksa para pemikir pendidikan menyesuaikan kurikulum. Demikian disampaikan Dekan Fakultas Ekonomi (FE) FE UNY Dr Sugiharsono di depan para mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya (FKIP UnSri), Palembang, Sumsel dalam Kuliah Umum di FE UNY, Selasa (18/9).

Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNY Tejo Nurseto, MPd mengatakan FE UNY menyambut baik kunjungan dari FKIP UnSri. “UnSri sudah sering mengunjungi FE UNY. Kunjungan ini sekaligus nanti penyelenggaraan Kuliah Umum dan penandatanganan Perjanjian Kerjasama,” ungkapnya.

Dekan Sugiharsono melanjutkan, kurikulum bidang studi ekonomi di era globalisasi harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. “Di abad 21 ini, menurut Pearson Learning Curva Report, sumberdaya manusia harus memiliki 8 keterampilan. Di antaranya, leadership, digital literacy, problem solving, dan entrepreneurship,” urainya.

“Jumlah pengusaha/wirausaha di Indonesia harus terus ditambah. Tapi selain itu, mereka harus memiliki karakter yang positif. Tidak hanya kreatif/inovatif, tetapi harus memiliki kebersamaan, sehingga saling mengembangkan bisnis. Selain itu, tidak hanya berorientasi laba maksimal, sehingga cenderung menghalalkan segala cara,” tambah Sugiharsono.

Tejo Nurseto memberikan materi seputar pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakan di FE UNY. “Di UNY, mahasiswa bisa berwirausaha di laboratorium EEC (Entrepreneurship Education Center) atau di plaza UNY. Di semester tertentu, mahasiswa dituntut untuk mendirikan Student Company, dan menuntut keterlibatan orang, Mereka bisa beli saham, dan di akhir semester akan dikembalikan lagi. Jadi saat peluncuran saham, mereka harus membuat penampilan yang membuat publik mau membeli saham,” terang Tejo. (fadhli)

Mengapresiasi Kinerja Pemerintah di Era Disrupsi

Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena berkelanjutan yang dialami dunia industri sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan. Revolusi industri pertama ditandai dengan penemuan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi kedua terjadi saat ditemukannya sabuk berjalan (assembly line) pada akhir abad ke-19 sehingga memungkinkan produksi massal dan standarisasi kualitas. Selain itu, terdapat penggunaan besar-besaran besi dan baja, kereta api, dan elektrifikasi. Hal ini disampaikan Bhayu Purnomo dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi (FE) UNY, beberapa waktu lalu.

Bhayu melanjutkan, revolusi ketiga muncul saat otomatisasi dan pemanfaatan komputer di tahun 1970-an. “Terakhir, revolusi keempat pada akhir-akhir ini ditandai dengan menjamurnya kecerdasan buatan dan internet of things. Di samping itu, revolusi industri ini juga kerap disebut era disrupsi karena perusahaan-perusahaan yang mapan dan besar banyak mengalami keruntuhan oleh perusahaan kecil yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dan internet ini,” terang pria lulusan Master of Arts in Economics Georgia State University ini.

Pemerintah RI dalam hal ini Kementerian Keuangan selalu mengamati dinamika ekonomi yang terjadi di dunia dan berusaha menjaga fundamental ekonomi di dalam negeri tetap baik dan sehat. “Sinergi kebijakan akan terus ditingkatkan untuk mencapai pertumbuhan inklusif dan menghadapi tantangan domestik dan global,” ujar Bhayu.

“Tingkat pertumbuhan ekonomi terjaga di angka 5%. tingkat inflasi juga stabil. Sejak 2015, angka inflasi berturut-turut adalah 3,4%, 3%, dan 3,6%. Tingkat kemiskinan dan pengangguran juga turun. Tetapi, infrastruktur kita masih tertinggal jauh, bahkan dibandingkan Thailand atau Malaysia,” lanjut Bhayu.

Bhayu menegaskan, kebijakan fiskal dan APBN adalah tulang punggung reformasi ekonomi. “Optimalisasi penerimaan negara, dipadu dengan belanja negara yang produktif dan berkualitas, dan pembiayaan yang dikelola secara hati-hati, akan menghasilkan APBN yang kredibel, efisien, dan efektif, serta berkesinambungan. Hal ini akan berujung pada pertumbuhan ekonomi yang optimal,” tandas Bhayu.

Terkait dengan utang, Bhayu mengatakan bahwa bahkan negara majupun memiliki utang pemerintah. “Defisit akan dikendalikan pada batasan yang aman, dan utang pemerintah akan selalu dikelola secara profesional, hati-hati, dan terukur, sehingga memiliki risiko yang terkendali,” ucap Bhayu.

Moderator acara Ahmad Chafid Alwi yang juga dosen di Jurusan Pendidikan Ekonomi FE UNY menyimpulkan, mahasiswa harus memiliki landasan berpikir saat berargumentasi. “Jangan hanya memberikan opini tapi tanpa data dan fakta. Apalagi menyebarkan hoaks di media sosial,” pesannya. (fadhli)

Pages