Riset Evaluasi Program Pemberdayaan Perempuan Pengerajin Batik di Kulon Progo dipresentasikan di Dubai

Potensi batik di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) cukup besar. Kulon Progo juga memiliki potensi ini namun ketrampilan para pengerajinnya belum memadai. Mereka lebih banyak berperan sebagai ‘tukang’ daripada menjadi pengerajin. Fenomena ini menarik perhatian Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd, salah satu dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (FE UNY) untuk meningkatkan kemampuan para pembuat batik ini. Beliau menginisiasi program pelatihan pemberdayaan perempuan.

Setelah menjalankan program pemberdayaan, Nahiyah melakukan penelitian evaluasi program. Program pemberdayaan meliputi kesadaran kewirausahaan, meningkatkan pendapatan harian, dan penguatan institusi kelompok usaha di Dusun Mendiro, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo, Yogyakarta. Penelitian model evaluasi program ini menggunakan Logical Framework Model. Populasi penelitian ini sejumlah 85 pembatik, semua menjadi sampel penelitian.

Menurut Nahiyah, uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian menggunakan program QUEST. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif (rata-rata dan prosentase). Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan pengerajin batik mengalami peningkatan setelah mengikuti program pemberdayaan ekonomi. Jika sebelumnya pendapatan mereka Rp 100.000-Rp 150.000 per bulan sekarang menjadi Rp 350.000 – Rp 500.000.

Pengerajin perempuan juga memiliki kesadaran wirausaha. Keterampilan mereka juga semakin meningkat baik dari jumlah produksi (produktifitas) maupun variasi motif yang dihasilkan dan kualitas pewarnaan batik. Untuk mempertahankan keberhasilan ini, mereka membentuk 8 kelompok kerja yang tergabung dalam koperasi “Lumintu”.

Peningkatan pendapatan ini terjadi karena pembatik yang sebelumnya bekerja untuk ‘juragan’ dengan upah harian sekarang memiliki usaha sendiri. Program ini sendiri terdiri dari beberapa fase pelatihan dan pendampingan. Kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi dan diskusi, pembentukan kelompok, persiapan tempat produksi, pelatihan motivasi dan ketrampilan, penyediaan alat dan bahan mentah batik, promosi dan mencari pasar baru, pendampingan gambar, pewarnaan dan pemasaran. Jika sebelumnya para pengerajin tidak memiliki merek, sekarang produk mereka bermerek Lumintu dengan kontrol kualitas yang cukup baik. Hasil evaluasi program yang memuaskan tidak lepas dari desain program yang bergerak dari hulu hingga hilir, tutur Nahiyah yang menyesaikan S3 nya di bidang evaluasi pembelajaran ini.

Hasil penelitian yang dilakukan ini dipresentasikan dalam International Conference on Business, Economics, Management and Behavioral Sciences (ICBEMBS'2012) yang dilaksanakan baru-baru ini di Dubai (Uni Emirate Arab). Konferensi ini diselenggarakan oleh Planetary Scientific Research Center. (Dyna)