Organisasi Bantu Manajemen Waktu

Dilihat dari keberagaman aktivitas, mahasiswa terbagi ke dalam beberapa kategori. Mahasiswa pertama adalah yang cenderung fokus pada aktivitas akademik. Mereka berangkat kuliah, sibuk mengerjakan tugas, mengerjakan skripsi, lalu lulus. Sementara tipe kedua adalah mereka yang terlalu banyak menghabiskan waktu di luar kegiatan akademik. Sibuk berorganisasi, atau sibuk nongkrong di kafe-kafe, lalu lalai dengan kewajiban utamanya sebagai pelajar. Sedangkan mahasiswa yang baik adalah yang bisa mengatur waktunya antara kuliah dan waktu luang. Di sela dia kuliah, dia berorganisasi. Organisasi tidak melupakan kuliah, dan sebaliknya, waktu senggang di sela kuliah dia manfaatkan untuk pengembangan diri di organisasi.

Hal ini yang tampak pada Muhammad Rizki Arfian dan Dewisukma Harutiyansari Anugerah Gusti, peserta Yudisium Periode Januari di Fakultas Ekonomi (FE) UNY lalu. Rizki adalah lulusan program studi (prodi) Akuntansi S1 yang pada periode tersebut menjadi peraih IPK Tertinggi dengan raihan 3,79. Sedangkan Dewi merupakan salah satu penerima Bidikmisi yang lulus dari prodi Manajemen S1 dengan raihan 3,73.

Rizki mengungkapkan, organisasi justru membuat dirinya lebih tertata. “Berkat organisasi, saya makin mudah mengatur waktu, terutama untuk belajar, karena kita makin terbiasa dalam tekanan waktu,” terang pria asal Imogiri Bantul ini.

Rizki yang merupakan lulusan SMA N 1 Bantul ini aktif di beberapa organisasi di kampus dan luar kampus. Di kampus, dia menjadi pengurus di Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FE UNY. Sedangkan di luar kampus, sulung dua bersaudara anak dari Jalal dan Parjiyati ini diamanahi sebagai ketua pemuda di kampung tempat dia tinggal.

Senada dengan Rizki, Dewi merasakan manfaat yang positif dengan terlibat di organisasi. “Kalau nggak ikut organisasi, malah bingung. Waktu banyak terbuang sia-sia,” terang lulusan SMA N 1 Muntilan yang sempat aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FE UNY dan Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat Fakultas (UKMF) kewirausahaan INSPIRE ini.

Mereka melanjutkan, sebagai pelajar yang diberikan amanah orang tua, mahasiswa tidak boleh melupakan kewajibannya. “Jangan menunda skripsi. Menunda skripsi berarti menunda resepsi,” canda Rizki. “Data sekunder yang bisa didapat secara mandiri bisa diperoleh dulu sebelum bimbingan, agar waktu pengerjaan skripsi lebih efisien,” pesan Dewi. (fadhli)

Tags: