FE UNY Belajar Pendidikan Vokasi dari Jerman

Jerman dikenal sebagai negara yang sangat peduli dengan pendidikan vokasi/kejuruan. Pendidikan vokasi di Jerman bisa maju karena sektor pendidikan mendapatkan perhatian yang baik dari pemerintah. Ada kolaborasi yang baik antara pemerintah, sekolah, dan industri dalam mengembangkan pendidikan vokasi. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Julia Gillen dalam General Lecture #3 Fakultas Ekonomi UNY, Senin, 25 Maret 2013. Julia Gillen merupakan profesor dari Leibniz University Hannover Jerman yang berkunjung ke Universitas Negeri Yogyakarta untuk menyampaikan seluk beluk sekolah vokasi di Jerman. General Lecture #3 ini merupakan kerjasama antara Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik UNY dalam rangka menyiapkan UNY menuju world class university.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Ekonomi UNY, Dr. Sugiharsono, M.Si. menyampaikan, “Universitas Negeri Yogyakarta memiliki beberapa program studi vokasi atau yang lebih dikenal dengan program diploma 3, guna meningkatkan kualitas pendidikan vokasi maka UNY perlu belajar dari universitas lain, salah satunya dari Leibniz University Hanover”. Hal tersebut dilakukan karena pendidikan vokasi akan disetarakan dengan pendidikan akademis. Persentase tingkatan pendidikan adalah 40% pendidikan umum dan 60%-nya merupakan pendidikan vokasi. Mengingat pentingnya pendidikan vokasi maka perlu dikembangkan model pendidikan vokasi yang baik agar lulusan UNY mampu bersaing dengan lulusan dari universitas lain.

Ada tiga topik yang disampaikan Julia dalam presentasinya, pertama, Basic Condition of Vocational Education and Training in Germany. Kedua, Learning Processes at School in Vocational Education and Training. Sedangkan topik ketiga mengenai Competence-oriented Design of Curricula for Vocational Education in Germany. Dalam topik pertama Julia menyampaikan bagaimana kondisi pendidikan vokasi di Jerman, di mana perusahaan/industri membutuhkan karyawan yang berpendidikan serta memiliki kualifikasi yang diperlukan ketika mereka bekerja di industri. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga persaingan antar industri yang semakin ketat.

Ada 3 model pendidikan tinggi di Jerman, yaitu full time vocational school, dual training, dan higher education. Model Full Time Vocational Education merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah dan ditambah praktik industri jika memang diperlukan. Pada jenis ini siswa memerlukan waktu sekitar 2 sampai 3 tahun dan akan mendapatkan sertifikat lulus dari sekolah/pemerintah. Model kedua, dual training, siswa lebih banyak mendapatkan praktik dibandingkan teori. Pada jenis pendidikan ini siswa akan memerlukan waktu 3-3,5 tahun untuk belajar dan akan mendapatkan sertifikat dari asosiasi industri (Chamber). Model ketiga yaitu higher education, di mana siswa akan mengeluarkan biaya lebih besar untuk bisa bersekolah di sana dan disyaratkan memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan 2 model pendidikan tinggi yang lain.

Lebih lanjut dalam paparannya Julia lebih banyak menyampaikan mengenai model pendidikan yang kedua, yaitu dual training. Pendidikan vokasi (dual training) di Jerman didesain untuk memberikan ilmu secara teori maupun praktik bagi siswanya. Ketika belajar di sekolah vokasi, 75% waktu siswa digunakan untuk bekerja di industri, sedangkan sisanya mereka belajar teori di sekolah. Nantinya setelah siswa mengikuti pendidikan vokasi di sekolah dan bekerja pada sebuah industri, mereka akan mendapatkan sertifikat dari asosiasi industri (Chamber) yang dapat digunakan untuk melamar pekerjaan.

Dalam topik kedua mengenai Learning Processes at School in Vocational Education and Training, Julia menyampaikan, “tujuan belajar di pendidikan vokasi di Jerman adalah untuk membangun kompetensi siswa agar mereka mampu melakukan banyak hal”. Untuk itu, kurikulum di sekolah merupakan penggabungan antara instruction dan construction. Ada 4 aspek yang dikembangkan, yaitu cara belajar, sistematika isi, aturan bagi siswa, dan aktivitas siswa.

Sedangkan pada topik ketiga mengenai Competence-oriented Design of Curricula for Vocational Education in Germany. Dalam topik ketiga ini disampaikan bagaimana mendesain kurikulum yang berorientasi pada kompetensi sekolah vokasi. Pada topik ini disampaikan pendekatan utama dalam membentuk tahapan pembelajaran yang mengacu pada fase pembelajaran di sekolah maupun praktik di industri dan berorientasi pada hasil proses pembelajaran yang diinginkan. Selain itu perlu mempertimbangkan orientasi kompetensi pada berbagai level sejalan dengan pendesainan proses pembelajaran. (lina)