Yudisium FE UNY Periode Mei 2015

Yudisium adalah upacara resmi yang mengesahkan seorang mahasiswa menjadi sarjana atau diploma di bidang keahliannya. Dengan mengikuti yudisium, seorang mahasiswa sudah berhak menyandang gelar. Dengan gelar ini, kontribusi tentu harus lebih daripada ketika dia masih berstatus mahasiswa. Demikian sebagaimana disampaikan Dekan Fakultas Ekonomi (FE) UNY Dr. Sugiharsono, M.Si dalam upacara yudisium FE UNY periode Mei 2015, Senin (1/6) lalu di Ruang Auditorium FE UNY. Yudisium kali ini diikuti oleh 40 orang lulusan dan dihadiri segenap jajaran dekanat, ketua jurusan dan/atau ketua program studi, serta kepala bagian dan subbagian di lingkungan FE UNY.

Dalam yudisium kali ini, sebanyak 17 orang merupakan lulusan S1 Kependidikan, 18 orang S1 Non Kependidikan, dan 5 orang dari Program D3. “Dari jumlah tersebut, sebanyak 14 orang atau sebesar 35% meraih predikat kelulusan Dengan Pujian, dan peraih IPK tertinggi untuk periode ini adalah Nurul Hidayati dari program studi (prodi) Akuntansi D3,” jelas Wakil Dekan I Nurhadi, MM dalam laporannya.

Nurul, begitu dia acap disapa, bersama Irna Setiyanningrum yang juga dari Akuntansi D3, menjadi peraih IPK tertinggi pada yudisium kali ini dengan capaian IPK sebesar 3,78. Tanpa mengecilkan usaha Irna, catatan khusus pantas disematkan pada Nurul. Alumni SMK N 1 Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu ini hanya berasal dari pedagang sayur biasa.

Putri keempat dari 10 bersaudara pasangan Sutrisno dan Purwati ini memang berasal dari keluarga transmigran asal Kebumen. Lahir di Kebumen, Nurul kecil kemudian menghabiskan sebagian besar hidupnya di Simpang Nangka, Rejang Lebong, Bengkulu. Oleh karena itu, Nurul merasa sangat bersyukur bisa lulus dengan IPK yang tinggi. “Bagi saya, tidak ada yang tidak mungkin. Selama kita berusaha dan berdoa, pasrahkan saja kepada Yang Maha Kuasa, semua pasti bisa tercapai,” ucapnya.

Irna menambahkan, untuk bisa menyelesaikan studi, terutama skripsi, mahasiswa harus menjaga semangatnya karena memang di akhir-akhir masa studi semangat justru sering menurun akibat berbagai cobaan dan tantangan. “Jangan mudah menyerah saat bimbingan. Jangan sampai kemarahan dosen menyebabkan bimbingan kita terhambat,” ujarnya.

“Kerjakan tugas sendiri, selesaikan seawal mungkin. Jangan tunda menyelesaikan tugas sampai menjelang tenggat waktu pengumpulan, karena itu justru menjadikan kita semakin malas. Selain itu, cari referensi di mana saja, jangan tergantung kepada dosen,” pungkas Nurul. (fadhli)