Sri Nuryanto Mahasiswa FE UNY Raih Juara II Lomba Esai

Sri Nuryanto mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Komunitas Riset dan Penalaran Lomba Esai ini bertemakan “Aspirasiku untuk Kampusku”. Pada Lomba Esai kali ini, Nuryanto mengusung judul “Sikap Apatisme yang Tidak Berkarakter pada Mahasiswa Baru di Kampus”. (KRISTAL) FE UNY meraih Juara II Lomba Esai yang diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Mengapa mengangkat judul tentang sikap apatisme yang tidak berkarakter pada mahasiswa baru di kampus, Nuryanto mengatakan bahwa ada banyak nilai-nilai yang terkandung dalam penanaman karakter, hal ini tentunya menjadi sifat penopang dalam membentuk karakter. Satu di antara banyak sifat maupun karakter yang dapat merusak moral di lingkungan kampus adalah sikap apatis. Degradasi moral yang terjadi di lingkungan kampus saat ini sudah meluas, yang tentunya menjadi permasalahan terkini bagi mahasiswa baru. Di samping itu ada pula masalah yang sering timbul pada mahasiswa baru, yaitu sikap apatis terhadap pentingnya berorganisasi.

Berorganisasi merupakan langkah awal serta menjadi pijakan strategis bagi mahasiswa baru. Berorganisasi adalah proses interaksi dengan lingkungan sekitar, melatih kemandirian dan kepemimpinan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah keluar dari kampus. Namun salah satu penyakit yang sering muncul pada sebagian besar mahasiswa baru adalah sikap apatis mengenai pentingnya berorganisasi di lingkungan kampus.
Sikap acuh tak acuh mahasiswa baru juga terlihat dalam berbagai kegiatan, misalnya dalam menanggapi berbagai isu terkini/aktual yang muncul di dalam kampus maupun di lingkungan sosial yang lebih luas. Hal itu dapat dilihat melalui sikap yang acuh dan tidak berperan aktif dalam forum diskusi, acuh untuk berperan aktif dalam komunitas belajar, atau acuh untuk ikut berpartisipasi dalam seminar atau mengikuti workshop/pelatihan yang menunjang potensi serta kapasitas mahasiswa.
Hal ini merupakan sebuah krisis yang jika tidak diatasi akan menjadi budaya yang semakin menguat dari tahun ke tahun. Permasalahan ini mutlak untuk dicari pemecahannya. Sikap apatisme ini merupakan fenomena nyata yang dapat diamati langsung di banyak perguruan tinggi.
Nuryanto menambahkan, dalam upaya memerangi serta memberikan solusi terhadap sikap apatisme pada mahasiswa baru, ada beberapa solusinya yang ditawarkan, antara lain: birokrasi kampus hendaknya lebih memperhatikan serta mewadahi mahasiswa baru dalam melakukan kegiatan-kegiatan positif yang menunjang dalam meningkatkan potensi serta intelektual mahasiswa. Sebagai contoh mengadakan sofkill kreativitas, pelatihan penulisan karya ilmiah, pelatihan kepemimpinan secara intensif dan terarah.
Di samping itu Nuryanto juga memberikan alternatif solusi lain yaitu adanya peran dari mahasiswa senior dan ajakan untuk bergabung dalam organisasi yang bergerak sesuai dengan minat/bakat. Karena bentuk gerak semakin banyak, maka ruang gerak harus pula mengikuti setiap pertumbuhan bentuk gerak. Ruang gerak diciptakan untuk menyerap bentuk-bentuk gerak yang tidak terwadahi.
Jika semua mahasiswa mempunyai bakat yang saling berbeda, maka semua mahasiswa harus mempunyai wadah organisasi untuk menyalurkan minat dan bakatnya.
Jika upaya ini semakin digeliatkan bersamaan dengan pertumbuhan rasa penting berorganisasi pada mahasiswa baru khususnya, akan dapat mengurangi sikap apatisme di lingkungan kampus yang akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat di kampus. (nur/lina)