SEMINAR NASIONAL HIMA AKUNTANSI: PENTINGNYA SERTIFIKASI PROFESI DI ERA KOMPETISI

Di era kompetisi seperti saat ini di mana Indonesia telah masuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadikan setiap negara harus siap bersaing dan bisa berkompetisi. Salah satunya adalah tenaga kerja. Dalam hal ini, masih sedikit masyarakat yang belum menyadarinya, seperti halnya mahasiswa. Oleh karena itu Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Hima AKSI) UNY mengadakan Seminar Nasional yang merupakan salah satu acara dalam rangkaian UNY Accounting Fair 2016 dengan mengambil tema “Pentingnya Sertifikasi Profesi di Era Kompetisi” pada Sabtu (15/10) kemarin.

Seminar yang dilaksanakan di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY ini dihadiri lebih dari 250 peserta dan tamu undangan. Peserta terdiri atas mahasiswa diploma, sarjana, dan pascasarjana dari banyak perguruan tinggi di Yogyakarta serta dari instansi pemerintahan. Seminar ini menghadirkan empat pembicara yaitu Dr. Sugiarto Sumas, M.T selaku Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Bonardo Aldo Tobing selaku perwakilan Badan Perencanaan dan Harmonisasi Kelembagaan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Dr. Dwi Martani, CPA, CA., selaku Dewan Pimpinan Nasional IAI dan Dewan Penguji Sertifikasi CPA IAPI, dan Mety Yusantiati selaku Direktur The Indonesia Capital Market Institute (TICMI). Seminar ini dibuka oleh Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi UNY Isroah, M.Si dan dimoderatori oleh Ketua Program Studi Akuntansi S1 Dr. Denies Priantinah, M.Si, Ak., CA.

Seminar ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama membahas sertifikasi profesi secara umum dengan pembicara Sugiarto dan Aldo. Sugiarto menegaskan untuk berkompetisi dibutuhkan kompetensi oleh karena itu diperlukan sertifikasi. Selain itu dipaparkan pula posisi Indonesia terkait sertifikasi profesi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Aldo memaparkan tentang BNSP dan jenis-jenis sertifikasi profesi. Dijelaskan pula mitos-mitos yang berkembang di Indonesia dan pembenarannya terkait tenaga kerja seperti halnya pekerja asing dari negara-negara ASEAN akan membanjiri pasar tenaga kerja Indonesia. “Faktanya adalah komitmen negara-negara ASEAN hanya terkait pergerakan tenaga kerja terampil seperti akuntan, perawat, arsitek, praktisi medis, insinyur, dokter gigi, tenaga survei, dan tenaga pariwisata,” ujar Aldo.

Pada seminar sesi kedua membahas sertifikasi profesi di bidang akuntansi dan pasar modal dengan pembicara Dwi Martani dan Mety. Dwi menegaskan untuk mampu survive maka kita harus berbeda, untuk menjadi berbeda maka diperlukan sertifikasi profesi. “Beberapa sertifikasi profesi akuntansi seperti Chartered Accountant, Certified Public Accountant, dan Profesi Penilai,” papar Dwi.

Mety memaparkan sertifikasi profesi keahlian pasar modal. Adapun sertifikasi profesi yang dipaparkannya antara lain Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE), Wakil Manajer Investasi (WMI), Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE), dan Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM). (tegar/fadhli)