Seloamoney Tekankan Pendidikan Sepanjang Hayat

Seloamoney Palaniandy dan Sugiharsono

Menjelang pembukaan kelas internasional di tiga program studi (Prodi) di Fakultas Ekonomi UNY, yaitu Manajemen, Akuntansi, dan Pendidikan Ekonomi, FE UNY mengadakan Studium Generale dengan menghadirkan Assoc. Prof. Dr. Seloamoney Palaniandy dari Infrastructure University Kuala Lumpur (IUKL), Malaysia. Selain mempersiapkan pembukaan kelas internasional, forum akademis ini juga ditujukan agar para mahasiswa, terutama angkatan 2014, lebih mengenal suasana kelas internasional dengan Bahasa Inggris sebagai pengantar. Kuliah umum dengan tema “Understanding the Purpose of Education: Implications for Life Long Learning” ini dihadiri oleh lebih dari 350 mahasiswa FE UNY angkatan 2014. Auditorium FE UNY tampak penuh disebabkan rasa antusiasme yang tinggi dari mahasiswa. Bertindak selaku moderator adalah Doktor termuda di UNY, Dr. Ratna Candra Sari.

Selva, demikian dosen dari negeri jiran ini biasa disapa, menegaskan bahwa sistem pendidikan di Indonesia dan di Malaysia tidak jauh berbeda. Sebagai mahasiswa, tentu ada tuntutan untuk lebih memahami keberagaman dan memiliki rasa haus akan pengetahuan. “Universitas, harus bisa membuat mahasiswa lebih berwawasan, sebagaimana dari kata universal. Mau belajar hal lain yang bukan bidangnya juga. Dengan kata lain, mahasiswa haruslah versatile, serba boleh (serba bisa, Melayu-red), all rounder. Jangan hanya berpengetahuan di satu bidang saja, tetapi juga di bidang lain,” terangnya dengan logat melayu kental.

Selva menambahkan, pengetahuan bukanlah seperti makanan. “Kita mungkin bisa dipuaskan dengan makan. Kita juga bisa dipuaskan dengan hal-hal lain, tapi tidak dengan pengetahuan. Pengetahuan kita harus terus bertambah. Pendidikan itu sepanjang hayat. We can learn by ourselves, without teacher. Kurikulum bukanlah apa yang diajarkan di kelas-kelas. Kurikulum sebenarnya adalah kehidupan. Examining our life reveals patterns of behavior. Dengan melihat hidup kita secara seksama, akan tampak pola tingkah laku,” lanjut Selva.

Sembari mengutip perkataan Konfusius, Selva menerangkan salah satu konsep penting pendidikan. “Give a man fish; you have fed him for today. Teach a man to fish; and you have fed him for a lifetime. Jangan beri dia ikan, tapi ajarkan dia memancing atau mengail, maka itulah pendidikan. Tahun 1903, ketika pesawat terbang pertama kali ditemukan, seberapa tinggi dia terbang, seberapa lama dia pergi? Dia terbang hanya 12 detik hanya beberapa meter saja dari lantai (permukaan tanah-red). Tetapi itu adalah permulaan dari sesuatu yang besar. Tak lama kemudian, sudah banyak pesawat terbang di World War I,” ungkapnya.

Dekan Sugiharsono berharap kegiatan seperti ini bisa berlangsung lagi di masa mendatang. “Kami sangat berharap akan ada kolaborasi-kolaborasi selanjutnya dari IUKL atau Assoc. Prof. Dr. Seloamoney Palaniandy,”. Mahasiswa tampak tidak malu bertanya baik dengan Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia. Yudhistira, mahasiswa Pendidikan Akuntansi 2014 yang juga salah satu peserta kuliah umum tampak puas. “(Saya merasa) senang sekali dan (acara ini) memang penting. Kami menjadi lebih termotivasi untuk menambah wawasan. Ini pertama kalinya kami mendapatkan kuliah umum dari dosen penutur asing,” terangnya. (fadhli)