Minimnya Wirausahawan di Indonesia

Jumlah wirausahawan di Indonesia dirasa masih perlu ditambah jika melihat proporsinya dengan keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Data BPS pada 2017 menunjukkan jumlah tersebut meningkat menjadi 3,1 %, dibandingkan tiga tahun lalu di mana masih berjumlah 1,67 persen. Meskipun angka tersebut sudah di atas 2 persen dari total populasi penduduk sebagai ambang batas prasyarat minimal suatu masyarakat akan sejahtera, jumlah itu masih di bawah negara-negara lain. Sebagai perbandingan, negara raksasa Tiongkok 10 persen, Jepang 11 persen, dan Amerika Serikat 12 persen. Hal ini menjadi PR bagi pemerintah, tak terkecuali dunia pendidikan melalui perguruan tinggi dan sekolah.

Selain itu, terus berkembangnya teknologi menuntut perguruan tinggi untuk tak ketinggalan berinovasi dan meningkatkan kualitas lulusannya sesuai permintaan pasar. Pendidikan di perguruan tinggi yang kini berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas lulusan. Guna menyelaraskan langkah, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB) Malang melakukan studi banding ke FE UNY, Kamis (19/10) lalu.

Ainur Roqif, Sekretaris Jurusan Manajemen FEB UB menyampaikan, timnya berkunjung ke Yogyakarta untuk mengembangkan Jurusan Manajemen di kampusnya, dan saling berbagi informasi dalam berbagai hal. “Untuk mempelajari kewirausahaan, selain di UNY, kami juga silaturrahim ke Universitas AMIKOM. Alumni atau lulusan jangan sampai jadi pengangguran. Oleh karena itu, kami juga menyelenggarakan prodi entrepreneurship,” ujar Rofiq.

Muniya Altesa, selaku Gugus Penjaminan Mutu Jurusan Manajemen FE UNY menjelaskan, berbagai pedoman pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat, standar kemahasiswaan dan alumni, dan standar kerja sama di jurusan mengacu pada pusat. “Di FE UNY, mahasiswa diwajibkan memberikan monitoring dan evaluasi perkuliahan sebagai syarat mengikuti ujian semester,” terangnya.

Ketua Jurusan Setyabudi Indartono menyatakan bahwa jurusan juga membatasi jumlah mahasiswa sesuai kapasitas kursi yang bisa tertampung agar kualitas pengajaran terjamin. “Terjadi dinamika jumlah mahasiswa per angkatan akibat perkembangan kampus. Di tahun 2014 prodi Manajemen bisa menerima 98. Sampai tahun 2015, kami batasi 78 mahasiswa per angkatan,” urainya.

Jurusan juga memberikan pelatihan Softskills sebagai upaya menjaga motivasi dan kinerja mahasiswa dalam suasana akademik yang kondusif. “Lingkungan sangat besar dalam memengaruhi perkembangan mahasiswa. Di semester satu dua masih bagus, tapi semester tiga bisa jadi mulai berubah. Kami berikan pelatihan softskills guna memberikan mahasiswa berbagai bekal tambahan yang membantu keberhasilan studi mereka, di antaranya seperti Speed Reading, Skripsi Camp, dsb,” tambahnya. (fadhli)