Mengambil Nilai Pendidikan dari Film

Film Front of the Class

Makna hari pendidikan tidak semata-mata untuk mencari kekurangan dari sistem pendidikan nasional, akan tetapi dapat lebih dimaknai dengan mengevaluasi diri sebagai mahasiswa di kampus pendidikan, apa yang dapat kita berikan untuk perbaikan kualitas pendidikan negera ini. Perbaikan tersebut mulai dari diri seorang guru yang dapat menjadi motivator bagi peserta didiknya, itulah tema yang diangkat pada rangkaian acara hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei. “Film merupakan salah satu saluran yang dapat memotivasi dan menginspirasi langkah kita sebagai mahasiswa calon pendidik bangsa”, ujar Zakiyudin, staf Departemen Sosial dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Departemen Sosial dan Politik (Sospol) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY menggelar diskusi film yang berjudul “Front of the Class”, yang dibersamai oleh Halili Hasan, Akademisi FIS UNY. Film yang bergenre pendidikan tersebut merupakan film yang meraih penghargaan Movieguide Award, pada tahun 2009. Film tersebut diangkat dari novel Front of The Class goresan Brad Cohen. Novel tersebut menjadi novel best seller pada tahun 2008 di negara bagian Atlanta, Amerika Serikat.

Film ini merupakan film yang sangat menggugah kita sebagai seorang calon pendidik bangsa. “Menjadi guru bukanlah mengejar materi, akan tetapi guru adalah soal panggilan hati, tanpa elemen tersebut, guru tidak akan menjadi motivator bagi peserta didik”, tegas Halili Hasan, S.Pd, akademisi dan praktisi hukum FIS UNY.

Film ini mengisahkan seorang anak kecil yang menderita Tourette Syndrom, sindrom ini adalah gangguan neurologis yang membuat penderitanya hilang kendali. Semasa kecilnya, Brad Cohen, diremehkan oleh teman-teman di sekolah dasarnya akibat sindrom yang dideritanya, hingga akhirnya semangat Cohen tergugah dari seorang guru, Myer, yang memberikan motivasi di depan forum kelasnya. Cohen adalah seorang siswa yang cerdas, dia bercita-cita menjadi seorang guru, cita-cita tersebut tidaklah mudah diraihnya, tangis, tawa, dan cercaan sering menimpanya. Suatu ketika setelah lulus dari college, Cohen melamar pekerjaan sebagai guru Elementary School di beberapa negara bagian, hingga akhirnya debut gurunya dimulai menjadi seorang guru kelas 2 di Mountain View Elementary School, Georgia. Sebagai seorang guru, Cohen tidak mengharapkan pekerjaan yang banyak memberikannya gaji. Baginya, mengajar dan membuat siswanya antusias dalam pembelajaran di kelasnya itu yang terpenting. Dalam kesehariannya, Cohen mengajar dengan gaya unik dengan media pembelajaran yang dibuatnya sendiri, sehingga siswanya mudah menerima segala pembelajarannya. Tak sedikit siswa dan guru di sekolah tersebut menyukai cara mengajarnya, sehingga di suatu saat Cohen dinobatkan sebagai Best Teacher di Negara Bagian Atlanta.

Dari film tersebut dapat ditarik pelajaran bahwasanya bukan soal fisik, tetapi pendidik yang dapat memotivasi dan menginspirasi berawal dari niat yang tulus. “Andaikan seluruh elemen pendidikan dapat mengambil pelajaran dari film tersebut, permasalahan pendidikan di negara ini akan dapat terminimalisir”, ujar Agus Purnomo, Kadep Sospol BEM FE UNY.

Kajian film ditutup dengan penggalangan dana bagi Fitra Dewa Ramadhan, anak usia 9 tahun, penderita gagal ginjal terminal. Semoga dengan adanya rangkaian acara hari pendidikan nasional, dapat lebih memaknai arti dari pendidikan dan guru sebagai motor kemajuan pendidikan. Selamat Hari Pendidikan bagi seluruh pendidikan bangsa! (AP)