Ketika Sampah Menjadi Barang Bernilai Jual

Program Kreativitas Mahasiswa, menjadi program yang begitu diunggulkan Fakultas Ekonomi UNY saat ini. Di samping menjadi sarana belajar bagi mahasiswa FE, juga dapat menjadi suatu wujud pengabdian mahasiswa kepada masyarakat, hal ini sejalan dengan salah satu Tri Dharma Pendidikan yaitu Pengabdian. Mengingat pentingnya mahasiswa untuk mengabdi kepada masyarakat, pada hari Minggu, 31 Maret 2013, mahasiswa Pend. Ekonomi FE UNY yang diketuai oleh Rohmi Hidayatun mengadakan pelatihan di Desa Basin, Kec. Kebonarum, Kab. Klaten. Pelatihan ini bertajuk “Pesona Sampah” karena memang bahan baku yang digunakan dalam pelatihan berasal dari sampah anorganik di sekitar masyarakat.

Fokus kegiatan yang dilaksanakan pada hari Minggu lalu adalah mengenai Pemasaran. Rohmi Hidayatun dan kawan-kawan dibantu Novendhy Eka Andhyka sebagai perwakilan dari BEM FE UNY, melakukan pelatihan singkat mengenai pemasaran. Produk yang dihasilkan dari pelatihan sebagai implementasi dari PKMM berjudul “PROGRAM PELATIHAN "PESONA SAMPAH" DI DESA BASIN, KECAMATAN KEBONARUM, KABUPATEN KLATEN” adalah kerajinan berupa tas, topi, vas bunga, pin, dan lain sebagainya yang berbahan baku sampah anorganik di daerah Desa Basin. Meski terbuat dari sampah, tapi produk yang dihasilkan telah melalui proses pembersihan yang memadai, sehingga produk pun layak pakai.

Masyarakat yang difokuskan sebagai produsen, merasa perlu mendapat pelatihan mengenai cara-cara untuk memasarkan produk yang mereka buat itu. Maka dari itulah, BEM FE UNY merasa ikut andil dalam upaya pengabdian masyarakat di bidang ini dengan mengirimkan salah satu perwakilan yang dirasa cukup memiliki pengetahuan tentang pemasaran. Namun demikian, mengabdi juga merupakan proses belajar yang tidak hanya sekadar penyampaian satu arah, tetap ada diskusi di dalamnya yang berbuah pembelajaran bagi kedua belah pihak.

BEM FE UNY tetap berkomitmen untuk terus mengabdikan diri pada masyarakat melalui kader-kader yang dimiliki. Oleh karena itu, BEM FE UNY juga mengadakan program “Desa Mitra” di Desa Semoyo, Gunung Kidul. Namun demikian, dengan tidak serta merta melepaskan tanggung jawab dari pelatihan di Desa Basin, pelatihan selanjutnya akan terus didampingi oleh rekan-rekan mahasiswa P. Ekonomi di bawah arahan Rohmi Hidayatun. Pendampingan ini akan dilakukan terjadwal hingga akhirnya warga Desa Basin dapat mengelola secara mandiri keberadaan sampah menjadi barang bernilai jual. (Ve)