Job Hunting FE UNY: IPK Hanya Antarkan Sampai Meja Wawancara

Saat seorang mahasiswa melewati gerbang kelulusan, dia akan beralih status sebagai penganggur terdidik. Oleh karena itu, dia harus menyiapkan diri sebaik-baiknya, agar tidak menganggur terlalu lama. Masa tunggu kerja yang pendek adalah harapan, tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga institusi pendidikan yang meluluskan. Oleh karena itu, sepatutnya bagi institusi pendidikan untuk menyiapkan berbagai rancangan program yang diniatkan untuk membekali para lulusannya dengan keterampilan-keterampilan prospektif. Demikian sebagaimana disampaikan oleh Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Siswanto, MPd dalam Pelatihan Pengembangan Diri dan Kiat Menembus Dunia Kerja periode Mei 2015, (28/05) lalu di kampus setempat. Pelatihan yang kerap disebut sebagai Job Hunting ini diikuti lebih dari 100 lulusan FE UNY yang diwisuda pada 3 Juni.

“Untuk menyiapkan lulusan dengan masa tunggu yang pendek, FE UNY sudah merancang berbagai program bahkan semenjak mahasiswa menjalani OSPEK di semester awal. Mulai dari pelatihan karakter, leadership, sampai program kewirausahaan, pada dasarnya itu adalah untuk dijadikan bekal bagi mahasiswa semua,” terangnya.

“Pertanyaannya adalah, apakah dengan dimanja banyaknya program tersebut, mahasiswa bisa menjadi lebih kuat dalam menghadapi dunia usaha yang sebenarnya? Karena terkadang, seseorang jika dimanja dengan kenikmatan, dia akan begitu kesusahan saat ditimpa musibah. Banyak orang yang lebih tahan banting dan tahan lapar justru saat dia tidak diberikan fasilitas,” tambahnya.

Sementara itu, Rosita Endang Kusmaryani dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Konseling sebagai narasumber pertama mengatakan, banyak orang meremehkan proses wawancara, dan lebih terfokus pada IPK. “Padahal, kebanyakan IPK hanya bisa mengantarkan calon pekerja ke meja pewawancara. Selebihnya, softskills-lah yang bekerja,” ujar Rosita.

“Kemampuan menjual diri, atau selling yourself menjadi penting saat wawancara. Hal ini bisa dimulai dari good dressing, menjaga eye contact dengan pewawancara, hingga belajar menggunakan kekuatan kata-kata dan melatih bahasa tubuh,” tambah Rosita.

Minta Harsana selaku narasumber kedua mengatakan, pola pikir mahasiswa setelah lulus harus segera berubah. Mental sebagai mahasiswa harus berkembang mengikuti perkembangan teknologi dan dunia usaha. “Dunia usaha jauh berbeda dengan perkuliahan. Bagi yang ingin berwirausaha, manfaatkan dengan baik program seperti PMW (Program Mahasiswa Wirausaha), atau Student Company di FE UNY,” terang Ketua Pusat Pengembangan Karir (PPK) UNY ini.

“Jalur karir bagi mereka yang mau berusaha sebetulnya banyak. Yang pertama, jalur formal, yaitu dunia kerja formal baik sektor publik atau privat. Yang kedua, jalur non-formal dan kewirausahaan, misalnya menjadi wiraswasta. Ketiga, yaitu jalur profesi formal, seperti dokter dan pengacara. Terakhir, jalur profesi non-formal, yaitu seperti artis, penari, MC, atau pelawak,” tambahnya. (fadhli)