FE UNY Selenggarakan Seminar Nasional: Memperbaiki Kualitas Pendidikan dan Tenaga Kerja di Indonesia

Sebanyak lebih dari 230 peserta dari kalangan dosen, guru, siswa, serta para akademisi menghadiri Seminar Nasional di Fakultas Ekonomi (FE) UNY, Sabtu (23/4) kemarin. Seminar bertemakan “Penguatan Hubungan antara Pengembangan Keterampilan, Pendidikan, dan Ketenagakerjaan Generasi Muda: Sekolah, Prospek Seumur Hidup, dan Peran Transisi dari Sekolah ke Dunia Kerja” ini merupakan salah satu even akademik memeriahkan Dies Natalis UNY ke-52. Seminar tersebut menghadirkan Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan Kementerian Tenaga Kerja RI (Barenbang Kemenaker RI) Dr. Ir. Sugiarto Sumas, MT, Kasubdit Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Dr Ir M Bakrun Dahlan, Prof. Ruhul Salim, Ph.D dari Curtin University, dan Losina Purnastuti, PhD dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Seminar yang dibuka oleh Wakil Rektor II UNY Dr. Edi Purwanto, M.Pd ini merupakan diseminasi hasil penelitian kerjasama antara FE UNY dengan Curtin University dalam payung Australian Development Research Awards Scheme (ADRAS) Project. Selain sesi panel yang dimoderatori Wakil Dekan I FE UNY Prof. Soekirno, PhD, seminar ini juga menyediakan kesempatan kepada lebih dari 20 pemakalah dalam sesi paralel dan terdapat pula sesi Focus Group Discussion.

Focus Group Discussion ini melibatkan pihak pengambil kebijakan yang dalam hal ini diwakili oleh Direktorat Jenderal Pembinaan SMK Dikbud RI dan Badan Perencanaan dan Pengembangan Kementerian Tenaga Kerja, para akademisi, penyelenggara pendidikan kejuruan baik tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi, serta dari pihak dunia usaha dan industri.

M. Bakrun Dahlan menerangkan, sesuai dengan analisis kebutuhan, lulusan SMK harus mampu memenuhi kebutuhan stakeholders. “Mereka diharapkan memiliki lima elemen kompetensi, yang sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan, yaitu kebutuhan masyarakat (societal needs), kebutuhan dunia kerja (industrial needs), kebutuhan profesional (professional needs), kebutuhan generasi masa depan (vision), dan kebutuhan ilmu pengetahuan (scientific),” urainya.

Sementara Sugiarto Sumas menegaskan, era MEA yang dimulai sejak 1 Januari 2016 menyebabkan integrasi kawasan ASEAN menjadi pasar tunggal dan basis produksi regional. “Untuk merebut pasar barang dan jasa ASEAN, industri Indonesia harus berkembang dan menyesuaikan tuntutan masyarakat ekonomi ASEAN. Untuk itu, diperlukan tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan industri tersebut,” pesannya.

Sumas menambahkan, kompetensi ini tidak hanya terbatas pada hal tersebut, tetapi juga harus menyesuaikan dengan Mutual Recognition Arrangement (MRA) dan Schedule of Commitment yang disepakati para pemimpin negara ASEAN. “Dua hal inilah yang berpengaruh besar terhadap mobilitas dan kompetensi pasar kerja terampil di era MEA,” tambahnya.

Ruhul Salim dan Losina Purnastuti peneliti dari ADRAS Project menguraikan pentingnya penelitian yang telah dan masih berjalan dalam menganalisis bagaimana proses pendidikan di Indonesia membantu jalannya transisi generasi muda dari dunia sekolah ke dunia kerja. Dengan target mengambil sampel 3000 orang pemuda usia 15-29 tahun, penelitian ini mencoba mengungkap hubungan antara pendidikan/pelatihan pada generasi muda dan integrasi mereka dengan pasar tenaga kerja. “Penelitian ini akan membantu pemerintah mengevaluasi kebijakan pendidikan serta kesehatan anak. Misalnya, untuk mengetahui di tingkat pendidikan manakah lulusan lebih banyak diterima sebagai tenaga kerja, sehingga bisa mengetahui pula di level apa perekrutan bisa ditingkatkan,” kata Ruhul. (fadhli)