PENELITIAN

Mahasiswa UNY Kembangkan Aplikasi Mesin Kasir Pembuat Laporan Keuangan Otomatis

Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan komponen terpenting dalam perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2017, Indonesia memiliki jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar 59.6 juta unit (Depkop, 2017). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh Tim PKM Penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH) Fajar Indra Prasetyo (Pendidikan Ekonomi), Apfi Anna Krismonita (Pendidikan Ekonomi), dan Brian Dwi Murdianto (Pendidikan Teknik Informatika), hal utama yang membuat UMKM sulit berkembang adalah minimnya modal dan tidak adanya laporan keuangangan. Hal ini selaras dengan pernyataan yang dilansir dari Tribunnews, bahwasanya Laporan Keuangan UMKM saat ini tidak beraturan bahkan tidak pernah dibuat. Padahal, berdasarkan hasil penelitian dari Teti dan Oktaviani (2017) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah salah satu faktor penting yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya.

Menanggapi permasalahan tersebut, 3 mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang dibimbing oleh dosen Jurusan Manajemen FE UNY Andreas Mahendro Kuncoro, Ph.D, berhasil meneliti dan mengembangkan sebuah aplikasi inovatif bernama Smart Cash Register (SCR 17). SCR-17 dirancang dengan prinsip automatisasi yang sangat memudahkan pelaku UMKM dalam merancang laporan keuangan. Selain itu SCR-17 dirancang dengan menggunakan prinsip “sekali kerja” yang memungkinkan pengguna hanya melakukan sekali input untuk membuat berbagai macam instrumen pengelolaan keuangan. SCR-17 merupakan sebuah penelitian pengembangan yang berhasil mendapatkan Dana Hibah dari Kemristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

“Alhamdulillah, kami berhasil meneliti dan mengembangkan sebuah aplikasi untuk pelaku UMKM yang kesulitan membuat laporan keuangan. Semoga aplikasi ini dapat membantu 2 masalah pokok UMKM yaitu permodalan dan pembuatan laporan keuangan,” jelas Fajar selaku ketua Tim.

“Meskipun aplikasi ini masih dalam tahap pengembangan, untuk SCR-17 Versi Beta sudah resmi diluncurkan pada tanggal 9 Juli 2018 dan dapat diunduh di Google Play Store untuk Android,” imbuhnya. (faj/fadhli)

Mahasiswa UNY Kreasikan Tas Inovasi Batik dan Goni

Tas merupakan salah satu alat untuk menyimpan beberapa barang yang bisa dipindah-pindah bahkan bisa dibawa ke mana saja sesuai kebutuhan dan keinginan pemakai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tas merupakan kemasan atau wadah berbentuk persegi, dsb., biasanya bertali, dipakai untuk menaruh, menyimpan atau membawa sesuatu. Jika dilihat dari segi fashion, tas dapat digunakan untuk menambah keindahan penampilan dari pemakai. Tas memiliki banyak kegunaan yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung oleh pemakainya.

BOTANI (Batik Modern dalam Tas Unik) merupakan hasil karya dari 4 (empat) orang mahasiswa dari UNY yaitu Rizki Shinta Puspita Sari dan Ayu Dian Lestari dari Fakultas Ekonomi (FE), Husna Munawar Sihoni (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) serta Ekie Aulia Abdurrahman (Fakultas Teknik), yang mana karyanya berwujud tas. Mereka memberikan branding tas tersebut dengan nama Bagoni. Bagoni terdiri dari 2 kata yaitu Batik dan Goni merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan tas tersebut.

Bagoni merupakan produk tas dengan bahan kain goni yang dipadukan atau dikombinasikan dengan kain batik, kain vinil, dan bahan pendukung lainnya. “Kami memilih goni untuk bahan pembuatan tas karena menurut kami goni memiliki tekstur yang unik, pemanfaatan goni pun belum maksimal, selain itu goni yang kami gunakan juga berbeda dengan goni yang ada di pasaran karena goni yang kami gunakan merupakan jenis goni baru yang sudah diberi warna dengan pewarna alami sehingga lebih rapi dan bernilai jual tinggi, terang Rizki.

Produk Bagoni terdiri dari 3 model tas yaitu slingbag mode aneska, slingbag model kayla dan handlebag pouch. Pemilihan model tersebut sudah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Tim BOTANI telah melakukan survei pasar untuk mengetahui kebutuhan pasar serta mengetahui harga yang diinginkan konsumen terhadap produk Bagoni. Harga yang ditawarkan oleh produk Bagoni pun cukup terjangkau. 

Sasaran dari produk Bagoni yaitu masyarakat umum baik tua maupun muda. Proses pemasaran dan penjualan produk yang sudah dilakukan Tim BOTANI yaitu dengan memanfaatkan media sosial seperti Whatsapp dan Instagram serta memasarkan di toko online seperti Tokopedia, Blanja.com dan Discovered. Selain memasarkan dan menjual produk secara online, Tim BOTANI juga melakukan pemasaran produk secara offline dengan melakukan penjualan secara langsung kepada calon pembeli.

Dalam rangka menjaga loyalitas konsumen terhadap produk tas tersebut maka kedepannya Tim BOTANI juga akan membuat produk dengan perpaduan goni dan kulit sapi yang telah diberi motif batik modern karya BOTANI. Kulit sapi menjadi pilihan untuk pembaharuan produk BOTANI karena kulit sapi terkenal dengan kualitasnya dan mampu menambah nilai jual dari produk tersebut. Jika dilihat dari segi fashion, kulit sapi memiliki peminat yang banyak karena dapat menonjolkan sisi elegan dari pemakai. Oleh sebab itu produk kedepannya akan ditambahkan kulit sapi yang sudah di-emboss menggunakan motif batik yang sudah dibuat khusus oleh Tim BOTANI,” tambah Ayu. (riz/fadhli)

OBATI CEDERA DENGAN KRIM GEL ALOE VERA DAN DAUN MINT

Dalam beraktifitas sehari-hari seringkali kita mengalami luka cedera seperti memar, keseleo, nyeri sendi atau pegal-pegal. Pengobatannya bisa dengan pemijatan atau menggunakan obat-obatan krim yang dijual di pasaran. Namun kebanyakan krim yang dijual di pasaran merupakan obat kimia yang kadang menimbulkan efek samping seperti dermatitis, vertigo, timbulnya eritema, timbul ruam, dan sebagainya. Banyak konsumen yang alergi dan mengeluhkan dengan kandungan kimia obat tersebut. Mahasiswa UNY melihat peluang bisnis dalam segmen ini dengan meracik krim gel herbal dengan bahan yang ada di sekitar.

Fadilah Fajar Bagaskara dan Muhammad Iqbal Arya Putra dari prodi akuntansi FE, Andini Novita Sari prodi manajemen FE, Kharisma Diah Tri Kurniawati prodi pend biologi serta Rosyid Shidiq Hidayatulloh prodi kimia FMIPA menggagas inovasi baru dengan memanfaatkan lidah buaya (Aloe vera) dan daun mint (Mentha cordifolia) menjadi suatu produk krim gel dengan nama “Alve Health” yang berfungsi sebagai penyembuh luka cedera seperti memar, keseleo, nyeri sendi atau pegal-pegal. Menurut Fadilah Fajar Bagaskara, krim gel lidah buaya dan daun mint merupakan krim yang memberi rasa dingin saat dioleskan dan dapat mengurangi serta mengobati nyeri karena cedera. Produk ini diolah menggunakan bahan dasar lidah buaya dan daun mint, sehingga menghasilkan produk berkhasiat dan mujarab bagi penanganan pertama pada cidera. “Selama ini produsen mengolah lidah buaya untuk luka sayatan saja” kata Fajar.  Kharisma Diah Tri Kurniawati menambahkan bahwa lidah buaya mengandung saponin yang mempunyai kemampuan membunuh kuman, serta senyawa atrakuinon dan kuinon sebagai antibiotik dan penghilang rasasakit serta merangsang pertumbuhan sel baru pada kulit. Sedangkan kandungan utama dari minyak daun mint (Mentha cordifolia) adalah menthol, menthone dan metil asetat, dengan kandungan menthol tertinggi (73,7%-85,8%). “Menthol berkhasiat sebagai obat karminatif (penenang), antispasmodic (antibatuk) dan diaforetik (menghangatkan dan menginduksi keringat)” kata Diah “Minyak daun mint mempunyai sifat mudah menguap, tidak berwarna, berbau tajam dan menimbulkan rasa hangat diikuti rasa dingin menyegarkan”.

Rosyid Shidiq Hidayatulloh menjelaskan, cara membuat krim ini cukup mudah. Alat yang diperlukan yaitu pisau, blender, mixer, baskom, telenan, sendok, timbangan, mesin press, alumunium foil dan wadah plastik. “Bahannya cukup lidah buaya, daun mint dan bubuk vitamin C” kata Shidiq. Cara pembuatannya, Pisahkan daging lidah buaya dari kulitnya dengan cara mengiris bagian lapisan kulit lidah buaya dengan pisau. Setelah itu ambil bagian gel lidah buaya dengan sendok lalu tempatkan dalam baskom. Haluskan gel yang telah diambil beserta potongan daun mint menggunakan blender, setelah itu taruh pada baskom yang masih bersih, lalu tambahkan bubuk vitamin C sebagai bahan pengawet gel lidah buaya tersebut. Setelah itu taruh gel kedalam kemasan plastik lalu timbang seberat 200 gram, kemudian tutup kemasan dengan alumunium foil yang di press menggunakan mesin press. Krim gel lidah buaya dan daun mint ini merupakan produk herbal alami sebagai alternatif pengobatan cidera yang tidak menimbulkan efek samping terhadap orang yang alergi terhadap obat kimia. Karya ini berhasil mendapatkan dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan tahun 2018. (Dedy)

TURUNKAN PANAS DEMAM ANAK DENGAN KOMPRES GEL DAUN KUPU-KUPU

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang terkenal dengan keanekaragaman tanamannya yang dapat digunakan sebagai obat. Salah satunya adalah daun kupu-kupu (Bauhinia variegata). Daun kupu-kupu ini masih belum banyak dimanfaatkan, hanya tumbuh sebagai tanaman liar yang sangat mudah ditemukan karena dapat tumbuh dengan sendirinya tanpa perawatan khusus. Inilah yang menjadi perhatian mahasiswa UNY yaitu Shilvi Woro Satiti dan Anissa Fitria dari prodi Kimia Fakultas MIPA serta Fahayu Priristia prodi Akuntansi dan Anindya Muliawati prodi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi. Mereka menggagas obat penurun panas demam dari daun kupu-kupu dalam bentuk gel.

Shilvi Woro Satiti mengatakan bahwa daun kupu-kupu mengandung flavonoid, tanin, saponin, terpenoid, alkanoid, dan polifenol yang sangat bermanfaat bagi kesehatan seperti obat demam, anti-bakteri, pelancar buang air besar, dan obat batuk. Selain itu, ekstrak daun kupu-kupu mengandung zat anti bakteri, sehingga aman bila digunakan sebagai obat luar. “Oleh karena itu, ekstrak daun kupu-kupu dapat dimanfaatkan sebagai obat penurun panas demam pada anak” ujar Shilvi. Fahayu Priristia menambahkan bahwa obat penurun panas yang mereka buat berbentuk plester gel yang praktis digunakan. “Plester ini lebih alami, aman, nyaman, dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit anak yang masih sensitif” kata Fahayu. Apalagi dengan ketersediaan daun kupu-kupu yang melimpah dengan manfaat yang beragam, maka perlu dilakukan inovasi untuk memanfaatkannya sekaligus melihat peluang pasar untuk menawarkan produk baru gel kompres herbal dengan bahan baku dari alam. Keunggulan produk ini adalah produk menggunakan bahan alami hasil pengujian serta aman bagi kulit, mengandung antibakteri, nyaman, praktis, dan harga terjangkau.

Menurut Anissa Fitria, pembuatan plester gel penurun panas demam ini diawali dari ekstraksi daun kupu-kupu. Caranya daun kupu-kupu direndam etanol lalu ditutup aluminium foil selama 3 hari. Kemudian disaring dan menghasilkan fitrat 1 dan ampas 1. Ampas 1 lalu diberi etanol dan ditutup aluminium foil selama 2 hari, kemudian disaring dan menghasilkan fitrat 2 dan ampas 2. Lalu filtrat 1 dan 2 dicampur, diuapkan dengan waterbath dan terbentuk ekstrak kental. Alur proses pembuatan gel, 1% ekstrak daun kupu-kupu dilarutkan pada air panas bersuhu 500 Celcius, ditambah Na-CMC, gliserin, propilengrikol dan air lalu diaduk secara kontinyu. “Hasilnya akan berbentuk gel, simpan dalam suhu ruang selama sehari” kata Anissa. Langkah terakhir, pembuatan kompres gel daun kupu-kupu. Gel ditimbang berukuran 3 gram, lekatkan pada plester dan diberi penutup plastik. Gel kompres herbal daun kupu-kupu siap digunakan dan dipacking dalam kardus.

Dikatakan Anindya Muliawati bahwa kompres herbal daun kupu-kupu ini diberi nama Kombava yang merupakan akronim dari Kompres Bauhinia Variegata. “Kami optimis dengan Kombava ini” katanya. Hal itu karena bahan bakunya mudah ditemukan dan dibudidayakan, tidak menggunakan bahan kimia berbahaya, meningkatkan nilai ekonomis daun kupu-kupu serta belum pernah digunakan sebelumnya untuk kompres gel penurun panas demam. Karya ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan tahun 2018. (Dedy)

MAHASISWA FE UNY KREASIKAN KRIM JERAWAT DARI BUAH TALOK

Kersen atau talok (Muntingia calabura L.) merupakan buah yang tidak asing bagi masyarakat. Buah yang disebut juga ceri jawa ini cukup melimpah dan belum termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat hanya dibiarkan berjatuhan ditanah. Padahal kandungan yang terdapat dalam buah ini cukup lengkap seperti vitamin C, kalsium, tianin, ribofalin, niacin dan karoten. Dibalik ukurannya yang kecil, ternyata talok memiliki manfaat untuk kecantikan yang kadang terabaikan. Buah ini mengandung anti oksidan dan vitamin C yang berguna untuk mencegah tanda-tanda penuaan dini. Talok juga dapat digunakan untuk menghilangkan jerawat dengan kandungan antioksidannya yang mampu membunuh bakteri-bakteri yang menyebabkan jerawat dan dapat mengangkat sel kulit mati. Selain itu talok juga dapat menghaluskan kulit wajah. Dari fakta inilah sekelompok mahasiswa UNY mengolah buah talok menjadi masker jerawat dan mengangkat kulit mati. Mereka adalah Ani Asa Palupi, Refiana Dewi dan Rifqi Fadloli prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi serta Arshi Alfianti prodi Pendidikan Fisika Fakultas MIPA.

Menurut Ani Asa Palupi, sekarang ini banyak beredar berbagai jenis masker wajah baik itu yang mengandung bahan kimia maupun tidak. “Perkembangan ini sesuai dengan tuntutan jaman akan pentingnya merawat kecantikan kulit wajah, terutama di kalangan remaja putri” katanya. Masalahnya, seringkali konsumen tidak mengetahui apakah masker yang mereka gunakan aman untuk wajah. Terlebih pada yang memiliki kulit sensitif, hal tersebut akan berdampak pada wajah, bukannya mempercantik tetapi malah memperburuk wajahnya. Harga kadang menjadi faktor pertimbangan remaja, harga yang murah meriah sangat menggiurkan remaja untuk membeli masker tersebut tanpa mengetahui kualitas produk. Refiana Dewi menambahkan, oleh karena itu tim mereka membuat masker berbahan dasar alami tanpa menggunakan bahan kimia sehingga aman digunakan untuk kulit wajah. “Selain itu, harga yang kami tetapkan relatif rendah sehingga dapat terjangkau oleh kalangan remaja” tutur Dewi.

Dijelaskan Arshi Alfianti bahwa pembuatan masker ini cukup mudah. Bahan yang diperlukan adalah buah talok, air, wadah, mesin penghalus, sendok, pengaduk, nampan, keranjang buah, plastik dan madu murni. Cara membuatnya, buah talok dipilih yang sudah matang atau setengah matang dan cuci bersih. Kemuadian dihaluskan dengan mesin penghalus, ditambah madu kemudian campur menggunakan pengaduk. Tuangkan pada wadah kemudian jemur pada panas matahari, tunggu sampai kering. Setelah kering kemudian haluskan kembali hingga menjadi bubuk. Masukkan kedalam wadah pengemasan dengan menggunakan takaran, dan produk siap dipasarkan.

Rifqi Fadloli mengatakan bahwa produk ini sudah dipasarkan dengan harga Rp. 8.000,- melalui media sosial dengan target mahasiswa dan pelajar. “Produk ini kami beri nama Cewa Mask atau masker ceri jawa, dan kami juga melayani pemesanan” kata Rifqi. Karya ini berhasil meraih pendanaan dari Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan tahun 2018. (Dedy)

Pages